
Hindari Jeratan Pinjol Ilegal, Bos UOB: Literasi Untuk Milenial Sangat Penting

– Literasi keuangan dilihat masih menjadi persoalan fundamental untuk membangun budaya keuangan yang sehat, termasuk perencanaan keuangan dan perkiraan keuangan yang dibutuhan, hingga agar terhindar dari jeratan pinjaman online (pinjol) ilegal.
PT Bank UOB Indonesia terus mendukung terciptanya budaya keuangan yang sehat, dengan gencar menggelar kegiatan-kegiatan edukasi yang berfokus pada peningkatan literasi dan inklusi keuangan, terutama bagi generasi muda Indonesia.
Baca juga: Satgas PASTI Kembali Blokir 585 Pinjol Ilegal dan Pinpri
Head of Strategic Communication and Brand UOB Indonesia Maya Rizano mengatakan, peningkatan literasi untuk generasi muda menjadi sesuatu yang sangat penting, terutama bagaimana menjaga ketahanan finansial mereka.
“Apalagi jika melihat saat ini banyak gen Z dan milenial atau yang berusia 19 hingga 34 tahun berkontribusi besar terhadap tingginya kredit macet di pinjaman online hingga lebih dari Rp 700 miliar,” ujarnya.
Berdasarkan survei 3 tahunan yang dilaksanakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terungkap bahwa tren indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan.
Per tahun 2022 indeks literasi keuangan sudah di angka 49,68% dari tahun 2019 hanya 38,03%, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 85,1% dibandingkan tahun 2019 yaitu 76,2%.
Direktur Pelaksanaan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Halimatus Sadiyah menjelaskan, meski setiap tahunnya mengalami peningkatan, gap antara indeks literasi dengan inklusi masih cukup tinggi.
“OJK hingga saat ini pun terus berupaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat salah satunya melalui kegiatan edukasi dengan melibatkan berbagai pihak, bekerja sama dengan lebih banyak stakeholder agar bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas,” ujarnya.
OJK berharap agar masyarakat bisa lebih melek keuangan, termasuk transaksi digital agar tak terjerat pinjaman online ilegal.
Cara mengatur keuangan yang baik penting diketahui agar tidak terjadi defisit selisih antara pengeluaran dan pendapatan.
Mengatur keuangan pribadi yang pertama adalah dengan memilah kembali antara kebutuhan dan keinginan.
Menurutnya, inklusi keuangan merupakan kunci untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Waspada Tiga Malware yang Jadi Pinjol Palsu Masuk Indonesia
Hindari Jeratan Pinjol Ilegal, Bos UOB: Literasi Untuk Milenial Sangat Penting
