
Kerasnya Persaingan Smartphone: Merek Favorit Vs Realitas Pertumbuhan

– Menjadi merek favorit atau TOM (top of mind), tentu merupakan salah satu target vendor-vendor ponsel yang berperasi di Indonesia.
Dengan menyandang predikat sebagai merek favorit, ada banyak keuntungan yang diraih. Misalnya, dalam hal kekuatan persepsi (perceive equity), merek-merek favorit sering kali lebih dipercaya oleh konsumen.
Begitu pun dalam kampanye pemasaran, semakin banyak orang yang mengetahui, maka pesan yang diterima akan jauh lebih banyak. Sehingga persepsi publik akan lebih berkesan melebihi produk kompetitor.
Dari sisi PR (public relation), saat brand sudah menjadi pilihan nomor satu banyak orang, akan lebih mudah untuk menarik liputan media massa. Sehingga publikasi akan lebih massif menjangkau banyak segmen masyarakat.
Keuntungan lain menjadi merek favorit adalah peringkat pencarian yang melonjak. Jika banyak orang mencari brand tersebut di Google, search engine akan meningkatkan posisi situs untuk keyword terkait.
Dengan berbagai kelebihan itu, merek-merek favorit memiliki kesempatan lebih banyak dalam mempertahankan atau mengaet konsumen yang sebelumnya bisa jadi merupakan pengguna dari merek pesaing.
Baca Juga: Pabrikan Smartphone Transsion Kian Populer di Pasar Global
Di Indonesia sendiri, sejak beberapa tahun terakhir, persaingan ketat antar vendor smartphone, mengerucut pada beberapa merek-merek utama.
Diantaranya adalah Samsung, Oppo, Vivo, Xiaomi, iPhone, Realme, Infinix, dan Tecno. Disusul merek-merek di layer kedua, seperti ZTE/Nubia, Poco, Sharp, IQOO, Asus, dan Itel.
Mereka tetap berusaha meningkatkan penjualan dan memperbesar pangsa pasar, di tengah daya beli masyarakat yang saat ini menurun, imbas kenaikan inflasi yang ditandai dengan semakin meningkatnya harga-harga pangan.
Sebagai incumbent, Samsung memiliki banyak keutungan dibandingkan para pesaingnya. Sudah hadir di Indonesia sejak era 2G, wajar jika chaebol Korea Selatan itu memiliki persepsi merek yang kuat, sehingga tak goyah meski dikepung banyak pesaing.
Alhasil, wajar jika Samsung dinobatkan sebagai merek smartphone terfavorit di Indonesia, seperti tercermin dalam gelaran Top Brand Award oleh pada 2022. Samsung diganjar skor Top Brand Index (TBI) tertinggi sebesar 33%.
Skor TBI dibuat oleh Top Brand Award dengan melakukan survei terhadap 8.500 responden yang terdiri dari 6.000 sample acak, 1.700 sampel booster, dan 800 sampel booster B2B. Metode yang digunakan dalam survei ini yakni multistage area random sampling dan metode purposive sampling.
Di bawah Samsung, ada Oppo yang menempati urutan kedua sebagai smartphone terfavorit di Indonesia. Vendor asal China itu meraih skor TBI sebesar 20,6%.
Berikutnya, ditempati oleh iPhone. Merek besutan Apple itu memperoleh skor TBI sebesar 12%. Dua vendor China lainnya, Xiaomi dan Vivo menggenapi posisi lima besar dengan skor TBI masing-masing sebesar 11,2% dan 9,7%.
Namun dengan ketatnya persaingan, sejatinya predikat sebagai merek favorit, tidak menjamin pertumbuhan penjualan atau peningkatan pangsa pasar.
Tengok saja laporan Canalys pada Q4-2023. Secara mengejutkan, Vivo mampu menyegel posisi pertama sebagai raja smartphone di Indonesia.
Merek ponsel yang merupakan bagian dari BBK Group itu, mampu menguasai pangsa pasar sebesar 19% dengan tingkat pertumbuhan tahunan 13%.
Di posisi kedua, brand yang identik dengan harga terjangkau, Xiaomi melejit dengan menguasai 18%. Vendor yang didirikan oleh Lei Jun itu, membukukan pertumbuhan YoY 40%.
Baca Juga: Oppo Tergeser Vivo di Persaingan Pasar Handphone Indonesia
Raksasa teknologi asal Korea Selatan, Samsung tergelincir di posisi ketiga dengan pangsa pasar 18%. Samsung memang sedang tersendat lantaran mengalami petumbuhan tahunan hanya 1%.
Di urutan keempat cukup mengejutkan, ada Transsion yang merupakan induk dari Infinix, Tecno dan Itel. Pangsa pasar vendor yang berbasis di Shenzhen itu, sama seperti Xiaomi dan Samsung, yaitu 18%.
Hanya saja pertumbuhan tahunan yang diraih oleh Transsion terbilang spektakuler. Tak tanggung-tanggung, mencapai 147%, tertinggi dari vendor lain.
Di peringkat kelima dihuni oleh Oppo. Ini adalah kali pertama Oppo menjadi juru kunci. Padahal pada kuartal-kuartal sebelumnya, Oppo masih menjadi penguasa pasar.
Tercatat, market share Oppo pada kuartal keempat 2023 hanya mencapai 16%. Wajar jika Oppo tak mampu mempertahankan posisi yang sudah diraih sejak 2019. Pasalnya, pertumbuhan tahunan Oppo minus hingga 41%.
Walaupun terjerambab ke posisi lima pada kuartal terakhir, namun menurut Canalys, secara agregat Oppo masih merupakan penguasa pasar smartphone Indonesia sepanjang 2023. Berikut daftar lengkapnya:
Oppo : market share 20% dan pertumbuhan tahunan minus 17%
Samsung : market share 19% dan pertumbuhan tahunan minus 13%
Vivo : market share 18% dan pertumbuhan tahunan minus 13%
Xiaomi: market share 16% dan pertumbuhan tahunan 3%
Transsion : market share 14% dan pertumbuhan tahunan 14%
Baca Juga: Top 5 Vendor Smartphone Global pada Kuartal Pertama 2024
Kerasnya Persaingan Smartphone: Merek Favorit Vs Realitas Pertumbuhan
