Jadi Wilayah Patroli Drone Bawah Laut, Inilah ‘Choke Point’ yang Kerap Dilintasi Kapal Selam

Pada artikel sebelum ini, diwartakan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) akan diperkuat dengan dua drone bawah laut atau Autonomous Underwater Vehicle (AUV) Hugin produksi Kongsberg Discovery, dari tipe Endurance dan Superior. Terkhusus pada Hugin Endurance, drone bawah laut ini punya daya tahan beroperasi selama 15 hari dengan kedalaman selam hingga 6.000 meter.
Baca juga: Kongsberg Pasok Drone Bawah Laut Hugin “Endurance dan Superior” untuk Angkatan Laut AS
Salah satu misi drone bawah laut Hugin adalah berpatroli di choke point guna ‘mendengarkan’ dan mendeteksi kapal selam yang melintas. Nah, istilah choke point rasanya menarik untuk dikupas dalam artikel ini, terutama kaitan pada kaitan dengan eksistensi kapal selam.
Dari definisi kemaritiman, choke point adalah jalur sempit strategis yang menghubungkan dua area yang lebih besar satu sama lain. Di Indonesia, ada beberapa choke point yang penting dalam hal transportasi dan perdagangan. Salah satunya adalah Selat Malaka, yang merupakan jalur pelayaran utama antara Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan. Selat Sunda, yang memisahkan Pulau Jawa dan Sumatera, juga merupakan choke point penting untuk pelayaran di Indonesia.
Selain itu, ada juga choke point lain seperti Selat Lombok, Selat Makassar. Choke point ini dapat mempengaruhi arus transportasi dan perdagangan di Indonesia, dan penting untuk diperhatikan dalam perencanaan infrastruktur dan logistik di negara ini.
Meski kedengaran mirip dengan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia), namun choke point berbeda dengan ALKI. Perbedaan utama antara choke point dan ALKI adalah pada cakupan dan konsepnya. Choke point lebih bersifat geografis dan mengacu pada lokasi tertentu yang membatasi akses, sedangkan ALKI adalah konsep yang lebih terkait dengan regulasi dan jalur pelayaran resmi yang diatur oleh pemerintah Indonesia.
Choke point tidak selalu ideal dilintasi oleh kapal selam, terutama jika area tersebut dijaga ketat atau memiliki kondisi geografis yang sulit untuk kapal selam. Choke point sering kali menjadi area yang diawasi ketat oleh negara atau organisasi yang memiliki kepentingan strategis. Hal ini membuat lintasan di choke point menjadi berisiko tinggi bagi kapal selam, karena dapat terdeteksi atau dihadang oleh pihak yang mengawasi area tersebut.
Selain itu, kondisi geografis di choke point seperti kedalaman air yang dangkal atau adanya arus laut yang kuat juga dapat membuat lintasan menjadi sulit dilalui oleh kapal selam. Kapal selam biasanya membutuhkan kedalaman air yang cukup untuk beroperasi dengan aman dan efektif.
Namun, ada beberapa choke point yang dianggap ideal untuk dilintasi oleh kapal selam. Beberapa choke point yang dianggap lebih cocok untuk dilintasi oleh kapal selam antara lain:
Selat Hormuz
Selat Hormuz merupakan choke point yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. Meskipun merupakan area yang penting secara strategis dan sering kali dijaga ketat, Selat Hormuz memiliki kedalaman air yang cukup untuk kapal selam dan arus laut yang tidak terlalu kuat.
Selat Gibraltar
Selat Gibraltar merupakan choke point yang menghubungkan Laut Tengah dengan Samudra Atlantik. Meskipun merupakan area yang ramai dan dijaga ketat, Selat Gibraltar memiliki kedalaman air yang cukup dan arus laut yang relatif stabil.
Bukan Lewat Selat Malaka atau Selat Sunda, Kapal Selam Nuklir Cina Mungkin Pilih Lintasi Selat Lombok
Selat Bab-el-Mandeb
Selat Bab-el-Mandeb merupakan choke point yang menghubungkan Laut Merah dengan Teluk Aden. Meskipun terletak di dekat perairan yang penuh dengan konflik, Selat Bab-el-Mandeb memiliki kedalaman air yang cukup untuk kapal selam dan arus laut yang tidak terlalu kuat.
Selat Malaka
Selat Malaka merupakan choke point yang menghubungkan Laut Cina Selatan dengan Samudra Hindia. Meskipun merupakan jalur pelayaran tersibuk, Selat Malaka memiliki kedalaman air yang cukup untuk kapal selam dan arus laut yang tidak terlalu kuat. (Gilang Perdana)
Ilmuwan Cina Adopsi Teknologi Seluler 6G untuk Mendeteksi Keberadaan Kapal Selam