Guru Besar FKUI sebut Vape Tak Lebih Aman daripada Rokok, Ini Alasannya

Jakarta

Vape atau rokok elektronik kerap dianggap sebagai salah satu jalan untuk membantu perokok berat mengurangi penggunaan tembakau. Namun pada praktiknya vape justru membuka pintu bagi non-perokok untuk mulai mencoba merokok. Sebenarnya, apakah vape memang lebih ‘aman’ bila dibandingkan dengan rokok?

Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K) menuturkan bahwa rokok konvensional dan vape sama-sama menyebabkan gangguan kesehatan. dr Agus menuturkan bahwa di dalam rokok elektronik terdapat nikotin, karsinogen, dan bahan racun lainnya yang berbahaya untuk tubuh.

“Jadi tidak benar kalau rokok elektronik lebih aman karena mereka sama-sama ada kandungan ini. Meskipun tidak mengandung tar, ternyata rokok elektronik itu ada bahan karsinogen,” ucap dr Agus dikutip dari laman resmi Universitas Indonesia, Sabtu (30/12/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr Agus menambahkan bahwa ada banyak komponen lain yang ada di rokok elektronik namun tidak terdapat di rokok konvensional. Lebih lanjut lagi, ia juga menyoroti efek adiksi yang sama pada penggunaan rokok elektrik.

Riset yang dilakukan FKUI dan RS Persahabatan pada tahun 2018 menemukan dari 71 pria yang menjadi responden, 34 orang di antaranya menggunakan vape dan sebanyak 76,5 persen pengguna rokok elektronik secara reguler memiliki ketergantungan nikotin.

Vape menghasilkan sejumlah bahan kimia berbahaya seperti asetaldehida, akrolein, dan formaldehida yang bisa menyebabkan penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, dan kanker paru.

“Oleh karena itu kalau kita lihat secara keseluruhan dampaknya (vape) pada paru mulai dari iritasi, gejala pernapasan, bronkitis, asma, PPOK, pneumonia, paru-paru bocor, kanker paru, pneumonitis, dan evali karena akut menyebabkan sesak napas tiba-tiba,” pungkasnya.

Terima kasih telah membaca artikel

Guru Besar FKUI sebut Vape Tak Lebih Aman daripada Rokok, Ini Alasannya