Layanan Medis Seluruh Gaza di Ambang Kolaps, Bahan Bakar RS Ini Tersisa untuk 48 Jam

Jakarta –
Palestine Red Crescent memperingatkan cadangan bahan bakar di Rumah Sakit Al-Quds akan habis dalam 48 jam. Layanan medis di seluruh Gaza berada di ambang kehancuran.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut penyeberangan Rafah dengan Mesir saja tidak akan memberikan cukup bantuan ke Gaza. Dirinya mendesak gencatan senjata kemanusiaan untuk mengakhiri mimpi buruk setiap warga Gaza.
Dilaporkan Al Jazeera, 10.022 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza, sejak Israel melakukan pemboman besar-besaran di 7 Oktober.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah berminggu-minggu para dokter terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi. Pemboman besar-besaran dan pengepungan Israel memicu krisis obat, air, makanan, hingga bahan bakar.
Setiap hari, dokter dibuat bimbang tentang pilihan siapa yang lebih beruntung mendapatkan perawatan terlebih dulu. Hal ini tentu bisa mengancam nyawa pasien. Namun, tidak banyak yang bisa dilakukan di tengah segala keterbatasan. Dokter hanya melihat peluang pasien mana yang memiliki harapan lebih untuk hidup.
“Kami memilih siapa yang mendapat ventilasi dengan memutuskan siapa yang memiliki peluang terbaik untuk bertahan hidup,” kata seorang dokter, dikutip dari The New York Times.
Tidak cuma soal pilihan ventilator, termasuk siapa yang akan mendapatkan resusitasi, atau siapa yang tidak mendapat perawatan medis sama sekali. Dokter dengan cepat mengambil keputusan di tengah jeritan anak-anak kecil yang menjalani amputasi atau operasi otak tanpa anestesi, juga air bersih untuk mencuci luka mereka.
Beberapa ahli pengobatan masa perang di Jalur Gaza mengatakan kondisi di dalam wilayah yang penuh sesak ini merupakan catatan sejarah terburuk yang pernah mereka lihat. Seluruh blok apartemen, sekolah, dan rumah sakit hancur akibat pemboman Israel, telah menimbulkan banyak korban jiwa.
“Tim kami kelelahan secara fisik dan psikologis,” kata Basem al Najjar, wakil kepala Rumah Sakit Al Aqsa di kota Deir al Balah di Gaza tengah.
“Beberapa dokter tetap dirawat di rumah sakit selama seminggu penuh. Beberapa keluarga mereka dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tewas atau terluka. Dan beberapa dokter pulang ke rumah dan dibunuh di sana, dan kemudian jenazah dibawa kembali ke rumah sakit,” latanya. Dia menambahkan bahwa tiga anggota staf rumah sakit telah meninggal di rumahnya akibat pemboman militer Israel.
Pengepungan Israel terhadap wilayah tersebut yang dilakukan setelah serangan 7 Oktober juga telah menyebabkan kekurangan bahan bakar, makanan, air, obat-obatan, dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Sebagian besar wilayah Gaza kini tanpa listrik setelah Israel memutus pasokan listrik dan pembangkit listrik utama kehabisan bahan bakar hampir empat minggu lalu. Israel menunda pengiriman bahan bakar dan secara tegas membatasi bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah tersebut.
Para dokter mengatakan mereka berjuang untuk menjaga pasien mereka tetap hidup dengan sedikitnya persediaan medis yang mereka miliki. Kerusakan akibat serangan udara dan kekurangan bahan bakar yang parah telah menutup hampir separuh rumah sakit di Gaza, sementara rumah sakit yang pintunya masih terbuka hanya memberikan pelayanan yang minim, kata para dokter.