Giliran Belgia dan Luksemburg Tak lagi Gunakan Jasa Huawei

Jakarta, – Operator telekomunikasi Orange dan Proximus telah memutuskan untuk secara bertahap mengganti peralatan selular buatan Huawei di Belgia dan Luksemburg dengan perlengkapan milik Nokia, dua sumber yang dekat dengan masalah tersebut mengatakan.

Seperti dilansir dari laman Economic Times, sumber tersebut mengatakan operator, yang berbagi jaringan seluler mereka, telah menghadapi tekanan politik untuk menghindari Huawei sebagai pemasok menyusul tuduhan AS bahwa peralatan Huawei dapat digunakan untuk memata-matai oleh Beijing.

Orange dan Nokia menolak berkomentar. Proximus tidak segera menanggapi permintaan komentar pada Kamis malam (8/10). Begitu pun dengan Huawei yang tidak memberikan klarifikasi atas keputusan Orange dan Proximus itu.

Langkah Orange dan Proximus mewakili salah satu kasus pertama di Eropa di mana operator komersial telah menjatuhkan Huawei dari jaringan Internet seluler generasi berikutnya atau 5G, sebagai respon atas tekanan politik.

China dan Huawei membantah tuduhan mata-mata itu. Tetapi ibu kota Belgia, Brussel, adalah rumah bagi badan eksekutif dan parlemen Uni Eropa, menjadikannya lokasi yang strategis dan menjadi perhatian khusus bagi badan-badan intelijen AS.

“Ada desakan mendalam tentang perlunya mendorong Huawei menuju pintu keluar,” kata salah satu dari dua sumber tersebut.

“Ada juga kekhawatiran yang berkembang tentang kapasitas Huawei untuk memproduksi peralatannya,” tambah sumber itu, merujuk pada keputusan Amerika Serikat untuk memutus akses Huawei ke chip komputer vital.

Nokia mengumumkan akhir bulan lalu bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan operator seluler terbesar Inggris BT untuk memasok peralatan radio 5G.

Divisi Belgian Proximus dan Orange menandatangani perjanjian tahun lalu untuk berbagi jaringan selular mereka, itulah sebabnya keputusan untuk beralih ke Nokia adalah keputusan kolektif.

Orange Belgia telah bermitra dengan Huawei sejak 2007 untuk penyebaran jaringan selular di Belgia dan Luksemburg. Begitu pun dengan Proximus memilih perusahaan yang berbasis di Shenzhen pada 2009 untuk mempercepat pembangunan jaringan ke seluruh wilayah di dua negara itu.

Keputusan Orange dan Proximus yang tak lagi menggunakan jasa Huawei untuk membangun jaringan 5G di Belgia dan Luksemburg, menambah kesengsaraan raksasa asal China itu.

Tak dapat dipungkiri, semakin meningkatnya ketegangan AS dengan China, yang juga dipicu oleh penanganan pandemi corona, persoalan Hong Kong, tekanan terhadap kelompok minoritas Uighyur, dan eskalasi konflik di Laut China Selatan, membuat kampanye untuk memblokir Huawei dari jaringan 5G di negara-negara sekutu AS semakin menguat.

Keputusan Inggris dan Perancis yang telah melarang Huawei berpartisipasi dalam pembangunan jaringan 5G, telah menimbulkan kekhawatiran bagi Huawei. Faktanya, larangan itu kini telah menjadi bola salju yang diikuti oleh negara-negara Eropa lain.

Sebelum Belgia, Polandia yang juga merupakan sekutu Amerika Serikat,  berencana menerbitkan rancangan undang-undang keamanan siber. Undang-undang itu menyebutkan vendor akan dibagi menjadi empat kelompok tergantung pada potensi ancaman mereka terhadap keamanan siber, berdasarkan sejumlah kriteria.

Antara lain, apakah pemasok mungkin dipengaruhi oleh negara di luar Uni Eropa atau NATO, atau apakah negara asal mereka menghormati hak asasi manusia.

RUU tersebut mengatakan operator telekomunikasi tidak akan diizinkan untuk membeli peralatan baru dari pemasok yang dianggap “berisiko tinggi” dan harus mengganti peralatan yang ada dari pemasok tersebut dalam waktu lima tahun. Untuk pemasok “berisiko sedang”, hanya membeli peralatan baru akan dilarang.

Kondisi yang sama juga menerpa Jerman. Sejauh ini, jika dibandingkan Inggris dan Perancis, Jerman terlihat lebih independen, walau mungkin sesungguhnya hanya bersifat diplomatis. Pasalnya Berlin tak ingin terlibat konflik diplomatik dengan China.

Di bawah aturan baru, penyedia komunikasi nirkabel Jerman Deutsche Telekom, Vodafone, dan Telefonica Deutschland harus menerapkan standar keamanan yang ditingkatkan untuk bagian-bagian penting dari jaringan mereka.

Pemasok harus disertifikasi oleh otoritas cybersecurity Jerman, Kantor Federal untuk Keamanan Informasi (BSI). Jika peralatan dari pemasok mana pun digunakan untuk memata-matai, bisa dilarang dan dituntut atas kerusakan yang dilakukan oleh operator.

Dengan adanya panduan tersebut, sejatinya tak ada jaminan bagi Huawei untuk bisa terlibat dalam pembangunan jaringan 5G di Jerman.

Terima kasih telah membaca artikel

Giliran Belgia dan Luksemburg Tak lagi Gunakan Jasa Huawei