Genjot Produksi Ponsel, India Berikan Insentif US$ 6 Miliar Kepada 16 Vendor Elektronik

Jakarta, – Pemerintah India memberikan insentif sebesar INR450 miliar ($ 6,12 miliar) kepada 16 perusahaan elektronik domestik dan internasional, termasuk Samsung dan tiga mitra manufaktur kontrak Apple. Pemberian insentif itu bertujuan untuk meningkatkan produksi ponsel cerdas selama lima tahun ke depan.
Seperti dilansir dari Bloomberg, Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi India mengatakan vendor handset internasional yang disetujui di bawah skema tersebut termasuk Foxconn, Wistron, Pegatron dan Rising Star, termasuk vendor lokal seperti Lava, Micromax, Padget Electronics, UTL Neolyncs dan Optiemus Electronics. Enam perusahaan di segmen komponen juga akan menerima insentif terkait produksi.
Di bawah skema tersebut, perusahaan diharapkan memproduksi smartphone dan komponen lainnya senilai INR10,5 triliun selama periode lima tahun dan mengekspor sekitar 60 persen dari total output.
Sebagai imbalannya, pemerintah akan memberikan insentif sebesar 4 persen menjadi 6 persen dari setiap peningkatan penjualan dari tahun fiskal 2019-20. Mereka juga diharuskan untuk menginvestasikan tambahan INR111 miliar di bidang manufaktur elektronik dan menciptakan lebih dari 200.000 pekerjaan.
Bloomberg menyatakan sebagian besar dana yang didistribusikan (INR410 miliar) akan didasarkan pada insentif terkait produksi, dengan sisanya ditawarkan di bawah skema subsidi modal atau reimbursement.
Ravi Shankar Prasad, Menteri Elektronika dan IT, Komunikasi, Hukum dan Kehakiman, mengatakan dia yakin skema itu akan membantu membuat India menjadi tujuan kompetitif untuk manufaktur elektronik dan meningkatkan dorongan untuk kemandirian.
Dengan permintaan smartphone di China yang cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir, India disebut-sebut menjadi negara dengan potensi pertumbuhan terbesar di kawasan Asia Pasifik. India dengan jumlah populasi terbesar kedua di dunia, adalah pasar masa kini sekaligus pasar masa depan.
GSM Association memprediksi jumlah pengguna komunikasi lewat perangkat mobile di Asia Pasifik akan meningkat hingga 3,1 miliar unit pada 2020.
India disebut akan menjadi kunci pertumbuhan layanan mobile di kawasan tersebut. Negeri Bollywood itu, diprediksi akan menjadi salah satu dari empat negara dengan pasar terbesar dalam hal pengguna terbanyak.
Tiga negara lain dengan pasar mobile terbesar adalah China, Indonesia dan Jepang. Jumlah pengguna dari empat negara itu sudah mencakup lebih dari tiga perempat dari total pengguna di kawasan Asia Pasifik.
Prediksi GSM Association memang bukan isapan jempol. Menurut laporan IDC, pasar smartphone di India terus melonjak dengan pertumbuhan dua digit.
Pada 2018 tak kurang 142,3 juta unit smartphone terserap di negeri Sharukh Khan itu. Terkerek hingga 14,5% dibanding tahun sebelumnya, sebesar 124,3 juta unit.
Meledaknya penjualan smartphone di India, berbanding terbalik dengan China yang terus menurun sepanjang 2017 – 2018. Pada akhir 2018, total penjualan ponsel cerdas di pasar terbesar di dunia itu hanya berjumlah 396 juta unit. Anjlok sebesar 14% dari 2017. Itu adalah pencapaian terendah sejak 2013, menurut laporan perusahaan riset Canalys.
Layanan 5G di India yang diprediksi akan hadir pertama kali pada 2022 mendatang, dipastikan akan membuat pasar smartphone di India semakin dinamis. Menurut laporan perusahaan riset pasar teknologi CyberMedia Research (CMR), pengiriman smartphone 5G di negeri itu diprediksi akan melebihi 140 juta unit pada tahun 2025. Pertumbuhan sebesar 250 persen.
Dengan besarnya daya serap pasar, tak heran jika India kini menjadi medan pertarungan bagi vendor-vendor ponsel. Alhasil, hampir semua vendor kini memiliki pabrik di negeri itu. Mulai dari Samsung, Vivo, Oppo, hingga Xiaomi sang pemimpin pasar.
Melalui dua mitra utamanya, Foxconn dan Wistron, Apple juga mulai memutuskan untuk memproduksi lebih banyak line up di India. Langkah Apple menjadikan India sebagai basis produksi di luar China, tak lepas dari berbagai hambatan yang diterima Apple, buntut perang dagang antara China dan AS yang merebak sejak 2016.
Digerus Corona
Di sisi lain, meski menyandang predikat sebagai pasar smartphone terbesar ke dua di dunia setelah China, India tak kebal terhadap serangan wabah corona. Tercatat pengiriman smartphone di India turun 51 persen year-over-year (YoY) menjadi lebih dari 1,8 crore unit pada kuartal kedua 2020.
Menurut laporan Counterpoint Research, Xiaomi melanjutkan kepemimpinannya pada kuartal tersebut meskipun menghadapi kendala pasokan karena pandemi COVID-19 dan meningkatnya sentimen anti-China.
Namun, Samsung dikatakan telah melihat pemulihan tercepat dari pandemi dan mencapai 94 persen dari tingkat pra-COVID di negara tersebut. Perusahaan Korea Selatan itu mampu menggandakan pertumbuhan, dari 16 persen pangsa pasar selama kuartal Maret menjadi 26 persen.
Pasar smartphone di India mulai terlihat pulih setelah menghadapi nol pengiriman karena penguncian nasional pada bulan April dan mencatat penurunan ringan 0,3 persen YoY pada bulan Juni, Counterpoint menambahkan.
Lembaga riset dari Taiwan itu mengatakan bahwa tingginya potensi dibarengi dengan program promosi dari merek-merek smartphone, membantu pasar meningkatkan posisinya meskipun mengakibatkan penurunan yang signifikan dari kinerja tahun lalu.
Xiaomi berhasil mempertahankan dominasinya di pasar smartphone India pada kuartal kedua dengan pangsa pasar 29 persen, naik dari 28 persen yang dilaporkan pada kuartal yang sama tahun lalu tetapi turun dari 30 persen pada kuartal Maret.
Kendala rantai pasokan akibat dampak COVID-19 dan sentimen negatif konsumen terhadap China memang memengaruhi pertumbuhannya. Namun, Counterpoint Research mengklaim bahwa beberapa strategi terbaru yang diusung Xiaomi terbilang berhasil. Sejumlah model termasuk Redmi 8A Dual, Redmi Note 8 Pro, dan Redmi Note 8 terus menarik konsumen.
Setelah Xiaomi, Samsung berhasil memperkuat posisi kedua di pasar. Pangsa pasar perseroan mencapai 26% dari 25% yang dilaporkan pada kuartal yang sama tahun lalu dan 16% pada kuartal pertama tahun ini.
Rantai pasokan yang beragam membantu Samsung menerima pemulihan tercepat di antara vendor ponsel pintar utama di negara ini. Perusahaan riset tersebut juga mencatat bahwa merek tersebut muncul sebagai merek pertama yang mencapai kapasitas produksi hampir penuh pada akhir Juni.
Vivo menempati peringkat ketiga di pasar smartphone dengan pangsa 17 persen pada kuartal yang berakhir Juni. Di sisi lain Realme, yang bersaing ketat dengan Xiaomi dengan smartphone dengan margin rendah, mempertahankan posisi keempat dengan pangsa 11 persen. Pencapaian itu menunjukkan kenaikan tiga persen dari sembilan persen saham di kuartal kedua tahun lalu, tapi turun dari 14 persen yang dilaporkan di kuartal Maret.
Oppo, yang pernah menjadi induk Realme, sempat kesulitan sepanjang kuartal karena kendala pasokan, meski berhasil mempertahankan posisi kelima dengan pangsa sembilan persen.