Sel Neutrofil Korbankan Diri Demi Perangi Virus dan Penyakit

Saat terkena serangan virus seperti flu atau virus corona, perlu beberapa hari bagi tubuh untuk meningkatkan respons efektif terhadap infeksi virus. Penelitian baru dari jurnal Nature Immunology menjabarkan bagaimana sel-sel yang berbeda dalam sistem kekebalan tubuh bekerja sama, berkomunikasi, dan mengorbankan dirinya sendiri untuk melaan infeksi khususnya pada sel neutrofil. Penemuan ini diharapkan akan memberi dampak terhadap pengembangan vaksin dan terapi anti virus.

“Sistem kekebalan terdiri dari beberapa jenis sel, semuanya bekerja dan koordinasi,” ungkap Minsoo Kim, Ph.D., seorang profesor Mikrobiologi dan Imunologi di University of Rochester Medical Center (URMC) dan penulis senior pada studi tersebut. Penemuan ini menunjukkan bahwa sel yang disebut neutrofil memainkan peran altruistik penting yang menguntungkan sel-sel kekebalan lain dengan menyediakan sumber daya yang menjadi kunci untuk kelangsungan hidup sel lain yang nantinya akan meningkatkan respons kekebalan tubuh terhadap serangan virus.
Neutrofil adalah sel yang memiliki komponen kunci dari sistem kekebalan bawaan, bagian dari pertahanan tubuh yang selalu aktif dan waspada terhadap sel penjajah seperti bakteri dan virus. Sebagian besar sel darah putih yang beredar dalam darah adalah neutrofil. Jenis sel ini menjadi yang pertama hadir untuk merespons infeksi.
Namun, neutrofil tidak dapat menghilangkan ancaman virus sendiri. MIsalnya ketika saluran pernapasan terinfeksi virus seperti influenza atau COVID-19, sejumlah besar neutrofil akan bererak ke lokasi infeksi dan melepaskan sinyal kimiawi. Sinyal kimiawi ini akan memicu produksi sel T khusus, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan adaptif pada tubuh, yang diaktifkan untuk menghasilkan respons yang lebih langsung terhadap infeksi tertentu. Setelah dimobilisasi dalam jumlah yang cukup berjalanlah proses imun. Proses pemberantasan penyakit ini biasanya akan memakan waktu beberapa hari, sel T menargetkan dan kemudian akan menghancurkan sel yang terinfeksi.
Baca Juga
Studi baru, yang dilakukan pada tikus yang terinfeksi virus flu menunjukkan bahwa selain memicu respons imun adaptif, neutrofil memiliki satu misi penting yang mengharuskan mereka mengorbankan diri. Pada saat sel T tiba di tempat infeksi, neutrofil akan memulai proses yang disebut apoptosis, atau kematian terkontrol dan yang melepaskan molekul dalam jumlah besar yang disebut faktor pertumbuhan epidermal (EGF). EGF ini merupakan amunisi yang memberi sel T dorongan ekstra energi saat diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan memberantas sel berpenyakit.
“Studi ini mewakili perubahan paradigma penting dan menunjukkan bahwa sistem kekebalan adaptif tidak menghasilkan tanggapan yang berhasil tanpa instruksi dan bantuan dari sistem kekebalan bawaan,” kata Kim. “Penemuan ini mengungkapkan, untuk pertama kalinya, bagaimana sel-sel kekebalan yang berbeda jenis bekerja sama, dan bahkan mengorbankan diri untuk mencapai tujuan yang sama yaitu melindungi tubuh dari infeksi virus.”
Kim dan timnya ini telah menunjukan adanya potensi metode baru yang dapat di implementasikan untuk mengintervensi dan mengoptimalkan kolaborasi antara sel kekebalan yang berbeda selama infeksi virus berlangsung. Yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan vaksin dan terapi anti-virus yang lebih efektif, terlebih saat ini banyak sekali orang di dunia yang terkena virus corona.