Helikopter AW159 Wildcat AL Inggris Sukses Membawa 20 Rudal Kombinasi Martlet dan Sea Venom

Leonardo AW159 Wildcat milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris (Royal Navy) berhasil memecahkan rekor untuk performa baru, dimana helikopter anti kapal selam dan multipurpose yang juga digunakan Angkatan Laut Filipina itu, untuk pertama kalinya dapat terbang membawa 20 rudal sekaligus dalam dua stub wing-nya. Ke-20 rudal itu terbagi dari dua jenis, yakni rudal Martlet dan Sea Venom.
Baca juga: Leonardo Uji Coba ‘Loyal Wingman’ Drone di Helikopter AW159 Wildcat
Dari siaran pers Kementerian Pertahanan Inggris (12/10/2022), disebutkan instalasi 20 rudal itu ‘melebihi harapan’ dalam program Future Anti-Surface Guided Weapon (FASGW). “Ini jumlah rudal yang luar biasa. Ini adalah pertama kalinya Wildcat terbukti dalam peran untuk mendukung tugas di masa depan dan menyoroti kontribusi Angkatan Laut kepada pasukan sekutu dan NATO,” kata seorang sumber di Angkatan Laut Inggris.
Martlet adalah rudal ringan buatan Thales Air Defence dengan berat 13 kg, rudal ini ditujukan untuk target yang lebih kecil atau sedikit terlindungi. Sementera Sea Venom yang merupakan produksi MBDA, berukuran dua kali lipat, memiliki jangkauan lebih dari dua kali lipat dari Martlet dan dirancang untuk menarget kapal perang dengan tonase sedang dan berat.
AW159 Wildcat HMA Mk 2 yang digunakan membawa 20 rudal sebelumnya sudah menjalani modifikasi khusus oleh 815 Naval Air Squadron. Uji coba Ship Helicopter Operating Limitations (SHOL) dilakukan di kapal latih RFA Argus selama sebulan di Atlantik dan Mediterania, berlatih lepas landas dan mendarat lebih dari 900 kali dengan kondisi dan muatan yang berbeda.
Data dari uji coba SHOL akan dianalisis lebih lanjut, dimana AL Inggris kelak akan mengoperasikan Wildcat yang dipersenjatai dengan rudal Martlet dan Sea Venom pada kapal frigat, kapal perusak, auxiliaries, dan kapal induk HMS Queen Elizabeth. Selain digunakan dalam peperangan anti-permukaan maritim, Wildcat juga digunakan untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) dan utilitas di medan perang.
Sebanyak tujuh konfigurasi senjata berhasil diuji termasuk rudal di bawah kedua “sayap senjata”, dan satu per satu, untuk melihat bagaimana Wildcat dapat ditangani oleh ground crew. Memuat satu sisi helikopter (asimetris) membuat sisi lainnya bebas untuk memungkinkan pengoperasian senapan mesin kaliber berat atau winch untuk memindahkan personel atau menyelamatkan personel, sehingga memungkinkan fleksibilitas operasional.
Louis Wilson Chalon, maritime marketing manager Leonardo Helicopters UK menyebutkan, bahwa sayap (stub wing) yang dirancang aerodinamis ini dapat membawa muatan persenjataan 360 kg pada tiap sayap. Bahkan pihak Leonardo mengatakan endurance helikopter dapat meningkat berkat adopsi sayap ini. Komponen sayap dibuat dari material alumunium dan karbon komposit.
Dari skenario yang dirilis Leonardo, stub wing di Wildcat dapat membawa 20 rudal udara ke permukaan Thales Martlet. Kombinasi lain, yaitu kedua sayap dapat menggotong empat rudal anti kapal MBDA Sea Venom, atau campuran berupa dua Sea Venom dan 10 Martlet.
AW159 Wildcat merupakan varian pengembangan dari Super Lynx, rancangan helikopter ini disesuaikan untuk beroperasi dari frigat dan korvet. Keunggulan Wildcat diantaranya bekal radar AESA (Active Electronically Scanned Array) berkekuatan tinggi yang memiliki cakupan deteksi 360 derajat penuh.
Baca juga: Tampil Lebih Garang, Helikopter AKS AW159 Wildcat Kini Dibekali ‘Sayap’ Bersenjata
Ditenagai mesin 2 × LHTEC CTS800-4N turboshaft dengan kekuatan tiap mesin 1,015 kW (1,361 hp), AW159 Wildcat dapat melaju dengan kecepatan maksimum 311 km per jam dan jarak jelajah sampai 777 km. Sementara untuk ferry range dengan bahan bakar tambahan jangkauan bisa ditingkatkan sampai 963 km. Endurance standar “Kucing Liar” ini adalah 2 jam 15 menit, namun jika dengan bahan bakar ekstra bisa sampai 4,5 jam. (Gilang Perdana)