
Viral Mahasiswa Unhas Diusir Dosen, Ini Pandangan Medis Soal Non-biner

Jakarta –
Viral potongan video mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) diusir dosen gegara mengaku dirinya bukan laki-laki maupun perempuan (non-biner, non-binary, atau ‘gender neutral’) di hadapan publik saat momen pengenalan kampus.
“Dia pake kipas angin jalan kaki terus dilarang. Terus ditanya laki-laki atau perempuan, terus dia bilang netral, bukan laki-laki bukan perempuan,” kata Wakil Rektor III Fakultas Hukum Unhas Hasrul dikutip dari detikSulsel.
Dikutip dari Medical News Today, orang dengan identitas ‘non-biner’ tidak mengkonseptualisasi identitas gendernya dalam istilah biner, yakni laki-laki atau perempuan. Sejumlah penelitian menyatakan, konsep non-biner mengacu pada gagasan bahwa identitas gender lebih berbentuk spektrum daripada oposisi biner. Walhasil, bisa jadi seseorang mengidentifikasikan dirinya di luar spektrum tersebut.
Seiring waktu, semakin banyak orang mengetahui keberadaan konsep non-biner. Namun hal itu tidak sejalan dengan pemahaman publik tentang konsep tersebut. Pasalnya survei pada 2015 menemukan 86 persen responden non-biner memilih untuk tidak mengoreksi orang yang salah paham perihal konsep non-biner. Dengan alasan, kebanyakan orang tidak akan mengerti sehingga mereka memilih untuk tidak menjelaskan.
Orang mengkonseptualisasikan gender secara berbeda. Banyak orang tidak mengidentifikasi sebagai pria atau wanita, sementara beberapa mengidentifikasi sebagai keduanya.
Sebuah survei tahun 2015 menunjukkan bahwa banyak orang dengan identitas gender non-biner melaporkan merasa didiskriminasi dan mengalami tekanan psikologis karena hal ini. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa orang muda non-biner mungkin memiliki lebih sedikit dukungan sosial dan mungkin memiliki lebih sedikit akses ke layanan kesehatan trans-spesifik.
Bukan Gangguan Mental ‘Disforia Gender’
Organisasi psikiater profesional di Amerika Serikat (AS), American Psychiatric Association (APA), telah menghapus identitas gender, termasuk non-biner, sebagai kondisi gangguan mental yang dapat didiagnosis layaknya ‘disforia gender’.
Mengingat, kondisi mental ‘disforia gender’ tidak terbatas orang dengan identitas transgender, non-biner, maupun identitas gender lainnya. Siapa pun bisa mengalaminya.
Kini, sejumlah negara bagian Amerika Serikat, termasuk Colorado dan California, telah menyertakan ‘non-biner’ sebagai opsi pada dokumentasi resmi termasuk Surat Izin Mengemudi (SIM).
Viral Mahasiswa Unhas Diusir Dosen, Ini Pandangan Medis Soal Non-biner
