Shopee Affiliates Program

Data dan Fakta Pesatnya Pertumbuhan Data Center di Asia Tenggara

elkom Percayakan NeutraDC Untuk Datacenter Hyperscale, Ini yang Diunggulkan

Jakarta, –  Asia Tenggara adalah salah satu pasar data center (pusat data) dengan perkembangan tercepat di seluruh dunia yang didorong oleh peningkatan adopsi cloud, munculnya layanan 5G, dan adopsi teknologi canggih seperti AI, big data, dan IoT. Wilayah ini menyaksikan peningkatan investasi dari operator data center, terutama colocation dan hyperscale.

Pada 2021, beberapa operator pusat data kolokasi utama di kawasan ini antara lain Equinix, Keppel Data Centres, Bridge Data Centres, ST Telemedia Global Data Centres, Digital Realty, DCI Indonesia, dan Big Data Exchange (BDx).

Seperti dilansir dari laman Global News Wire (9/3/2022), kawasan ini juga menjadi sasaran investasi dari operator pusat data global yang bermitra dengan operator lokal untuk berinvestasi di berbagai negara.

Misalnya, pada Mei 2021, ST Telemedia Global Data Center menjalin kerja sama dengan Temasek dan Triputra Group untuk membangun data center di Indonesia.

Baca Juga: Gurihnya Pasar Data Center Indonesia, Bernilai USD 3.354 Juta Pada 2026

Pasar pusat data Asia Tenggara memiliki potensi penambahan kapasitas daya kumulatif lebih dari 2.400 MW antara tahun 2022 dan 2027. Pada 2021, Singapura berkontribusi lebih dari 55% dari keseluruhan kapasitas yang ditambahkan di Asia Tenggara. Menawarkan fasilitas yang dioperasikan oleh penyedia layanan internet, cloud, telekomunikasi, dan colocation.

Konektivitas jaringan serat bawah laut merutekan lebih dari 90% lalu lintas internet dunia. Singapura memiliki konektivitas serat yang kuat ke pasar pusat data utama APAC dan terus memperluas kapasitasnya.

Negara kota ini sekarang berencana untuk meluncurkan fase uji coba mulai Q2 2022, di mana persetujuan pembangunan pusat data akan diberikan, dengan persyaratan tertentu.

Wilayah Asia Tenggara juga telah menyaksikan beberapa pendatang baru dengan proyek-proyek baru yang diumumkan dan direncanakan, yang akan hadir secara online selama beberapa tahun ke depan. Perusahaan-perusahaan ini termasuk GDS, ESR Cayman, Vantage Data Centers, Data Center First, dan EdgeConneX, dan lainnya.

Dengan semakin meningkatnya permintaan, pemerintah di masing-masing negara juga berupaya mendatangkan investasi asing langsung (FDI) dari penyedia layanan pusat data dengan memperkuat konektivitas internet.

Baca Juga: Potensi Pasar yang Besar, Telkom Garap Bisnis Data Center dan Cloud

Di sisi lain, operator pusat data seperti Equinix dan Big Data Exchange (BDx) telah mengadopsi energi terbarukan di pusat data mereka. Negara-negara Asia Tenggara berupaya meningkatkan keberlanjutan dan menarik investasi dari operator pusat data global.

Begitu pun dengan Indonesia. Pasar pusat data di Indonesia bernilai USD 1785,2 juta pada tahun 2020 dan diperkirakan akan mencapai USD 3.354,41 juta pada 2026 dengan CAGR (tingkat pertumbuhan per tahun selama rentang periode waktu tertentu), sebesar 11,4% selama periode perkiraan 2021 – 2026.

Peringkat Indonesia dalam indeks kompetitif memang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Namun, potensi keuntungan komersial untuk pemain pusat data di Indonesia terbilang sangat signifikan.

Terima kasih telah membaca artikel

Data dan Fakta Pesatnya Pertumbuhan Data Center di Asia Tenggara