
Merger Celcom dan Digi Masih Terganjal Ketatnya Regulasi

– Tak seperti Indonesia yang memuluskan proses merger Indosat Ooredoo dan Tri Hutchison, regulator telekomunikasi Malaysia mengangkat sejumlah kekhawatiran persaingan terkait dengan rencana merger Celcom Axiata dan Digi.
Otoritas negeri Jiran itu mengangkat sifat luas dari rencana merger yang disorot kemungkinan akan menghentikan atau menunda kesimpulan yang diharapkan pada Q2-2022.
Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) menyarankan operator yang mereka butuhkan untuk secara kolektif menangani area ritel dan wholesale yang digarisbawahi membutuhkan tindakan perbaikan.
MCMC menyoroti pasar ritel untuk layanan data broadband selular dan tetap, pesan suara dan teks selular, dan pasar grosir untuk layanan voice, messaging dan mobile broadband, termasuk pengaturan berbagi jaringan.
Temuan awal MCMC adalah bagian dari proses penilaian merger yang dimulai pada November 2021 yang dirancang untuk memberi operator kesempatan untuk mengomentari kekhawatiran agensi dan bukan merupakan keputusan akhir.
Terkait ketentuan baru itu, induk kedua perusahaan memiliki waktu 30 hari untuk menanggapi pernyataan masalah yang disampaikan MCMC.
Ketentuan baru MCMC menjadi ‘batu sandungan’ berikutnya yang harus dituntaskan dalam proses merger Celcom dan Digi.
Baca Juga: Smartfren-XL Axiata Berpotensi Merger, Ketahui 5 Faktanya
Menengok ke belakang, persisnya pada Juni 2019, pemerintah Malaysia yang saat itu dipimpin PM Mahatir Muhamad tidak menyetujui langkah merger, karena porsi kepemilikan Telenor yang lebih besar dibandingkan Axiata. Namun setelah merevisi kesepakatan, di mana masing-masing perusahaan berbagi saham yang sama, proses merger tersebut dapat dilanjutkan.
Sebelumnya, induk kedua operator yaitu Axiata Group dan Telenor Group menyepakati merger pada Juni 2021. Jika proses merger berjalan sesuai rencana, kedua entitas yang digabungkan akan memiliki 19,1 juta koneksi selular pada Q1 2022. GSMA Intelligence melaporkan bahwa pemimpin pasar Maxis mengakhiri kuartal pertama tahun ini dengan 12 juta pengguna.
Sekedar diketahui, Grup Axiata dan Grup Telenor telah menyelesaikan uji tuntas semua kesepakatan penggabungan. Merger bernilai sekitar MRY50 miliar ($12,05 miliar) itu diharapkan akan selesai pada kuartal kedua tahun 2022.
Baca Juga: Selangkah Lagi Induk Usaha XL Akan Merger Dengan Telenor
Kedua grup telekomunikasi itu bersama-sama menyatakan perjanjian melibatkan masing-masing mengambil 33,1 persen kepemilikan saham di perusahaan gabungan, yang akan tetap terdaftar di bursa saham Malaysia dan diberi nama Celcom Digi.
Telenor dan Axiata menegaskan merger tersebut akan membentuk “penyedia layanan konvergensi digital yang lebih kuat secara komersial dan lebih tangguh, dan operator telekomunikasi Malaysia terkemuka yang diposisikan untuk mendorong ambisi digital Malaysia”.
Perusahaan gabungan ini akan menjadi salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Asia dengan 60.000 menara dan hampir 300 juta pelanggan.
Saat ini kedua perusahaan beroperasi di Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh dan Pakistan. Axiata juga memiliki anak perusahaan di India, Sri Lanka, Nepal, Kamboja, dan Indonesia.
Baca Juga: Menengok Lagi Perjalanan Merger Indosat Ooredoo – Tri Hutchison Indonesia
Namun dalam pembicaraan merger, operasi di Bangladesh akan dikecualikan. Penjualan tahunan untuk perusahaan hasil merger diperkirakan mencapai USD12 miliar, dengan pendapatan lebih dari USD4,8 miliar.
Merger Celcom dan Digi Masih Terganjal Ketatnya Regulasi
