Shopee Affiliates Program

Simak Lagi Pernyataan Lo Kheng Hong yang Tak Berminat Beli Saham GoTo Jika IPO

– Investor kawakan, Lo Kheng Hong mengaku tidak tertarik untuk membeli saham GoTo, perusahaan merger dua raksasa teknologi Gojek dan Tokopedia yang telah mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Seperti diketahui, GoTo memulai penawaran awal pada 15 – 21 Maret 2022. Kemudian diperpanjang hingga 25 Maret 2022.

“Yang pertama saya sudah tidak membeli saham IPO (initial public offering) 20 tahun lebih karena tidak mungkin pemilik perusahaan dan penjamin emisi mau menjual di harga under value, harga murah. Pasti mereka mau menjual harga IPO semahal-mahalnya,” kata Lo Kheng Hong.

Baca Juga: 5 Faktor Penyebab IPO GoTo Bisa Gagal Dulang Dana Rp17,99 Triliun

Pernyataan itu disampaikan Lo saat menjawab pertanyaan praktisi dan akademisi pasar modal, Lukas Setia Atmaja dalam video di akun instagram pribadinya @lukas_setiaatmaja yang dipantau Beritasatu.com, Kamis (20/5/2021).

Lo yang dijuluki sebagai Warren Buffett-nya Indonesia mengatakan, perusahaan yang IPO saat ini tidak ada yang salah harga.

“Mana mau si pemilik bisnis menjual Mercynya di harga Avanza, kalo perlu Avanzanya dijual di harga Mercy,” kata pemilik saham PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Global Mediacom Tbk (BMTR), dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) ini.

Lo menegaskan tidak mau membeli saham perusahaan teknologi yang valuasinya bisa 10 kali nilai buku, perusahaan masih rugi, atau kinerjanya masih negatif.

“Seperti Bank Jago (saham ARTO), perusahaan digital, mungkin PBV (price to book value) 90 kali. Saya ‘nggak ngikutin, masih rugi, aset juga masih Rp 1 triliun lebih, ya ‘nggak mungkin saya membeli,” kata dia.

Lo juga mengaku tidak mungkin membeli saham Tesla yang price to earning ratio-nya 1.000 kali.

Baca Juga: Perpanjangan IPO GoTo di BEI hingga Besok, Publik Masih Berhati-hati

“PE 1.000x itu artinya kalau labanya ‘nggak tumbuh, investasi kita itu belum akan break even sebelum 10 abad. Jadi ‘nggak mungkin saya beli saham teknologi yang valuasinya mahal,” kata dia.

PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah.

PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka satu kali. Sedangkan PER juga merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.

Menurut Lo, saham teknologi itu cocok buat fund manager karena mengelola uang orang lain, bukan uang orang sendiri.

“Kalau rugi pun ‘nggak apa-apa, mereka tetap untung,” kata pemilik saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) ini.

Lo mengaku dirinya bertipe investor konservatif yang melihat fundamental perusahaan untuk berinvestasi.

Baca Juga: IPO GoTo: Buy or Bye?

“Saya seorang investor yang konservatif, saya ‘nggak mau lihat kinerjanya yang berlebihan di masa yang akan datang. Jadi saya mau lihat labanya dulu, tunjukkan ke saya. Kalau sudah labanya besar, harganya murah, baru saya beli,” pungkas Lo.

Terima kasih telah membaca artikel

Simak Lagi Pernyataan Lo Kheng Hong yang Tak Berminat Beli Saham GoTo Jika IPO