Shopee Affiliates Program

IPO GoTo: Buy or Bye?

– Pasca merger GoJek dan Tokopedia pada Juli 2021, induk usaha kedua perusahaan, PT Gojek Tokopedia (GoTo) bersiap untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Diketahui, GoTo telah memulai proses initial public offering (IPO) di BEI. GoTo memulai penawaran awal pada 15 – 21 Maret 2022.

Perusahaan teknologi itu, melepas sebanyak 52 miliar saham seri A yang seluruhnya merupakan saham baru. Jumlah tersebut setara 4,35% saham.

GoTo mematok harga saham perdana di kisaran Rp 316 -Rp 346 per saham. Dari penawaran saham perdana ini GoTo berpeluang meraup dana jumbo hingga Rp 17,99 triliun.

Baca Juga: Setelah Grab dan Gojek, Paxel Juga Migrasi ke Motor Listrik

GoTo menargetkan bisa memperoleh pernyataan efektif dari OJK pada 25 Maret 2022. Sementara penawaran umum dijadwalkan pada 29-31 Maret. Targetnya, GoTo bisa mulai memperdagangkan saham di BEI pada 4 April mendatang.

Saat ini kapitalisasi pasar GoTo diperkirakan mencapai antara Rp 376,6 triliun sampai Rp 413,7 triliun. Lebih tinggi dari PT Astra International Tbk (ASII). Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 255 triliun, namun ASII memiliki kinerja yang cemerlang.

Persoalan kinerja memang membayangi IPO GoTo. Menurut pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat, valuasi GoTo sangat tinggi dan tidak sejalan dengan kinerja perusahaan yang masih merugi.

Berdasarkan laporan keuangannya, GoTo mencatatkan kerugian sebesar Rp 14,20 triliun sepanjang 2020. Sedangkan per September 2021, total kerugian GoTo Rp 11,58 triliun.

Baca Juga: BIG Percayakan Grab Dukung Kebijakan Satu Peta di Tiga Kota

Di sisi lain, meski harga yang ditetapkan terkesan lebih murah dibanding Bukalapak (BUKA) saat IPO, nasib GoTo diperkirakan tidak akan jauh berbeda dari saham rivalnya tersebut. Sejak IPO, saham BUKA telah turun drastis dari Rp 850 hingga saat ini berada pada posisi terendahnya di level Rp 276.

“Kalau GoTo ini dilihat dari harga sahamnya kelihatannya memang lebih murah dari BUKA waktu IPO. Namun seluruh sahamnya di Bursa dihargai Rp 400 triliun, lebih tinggi dari BUKA, artinya valuasi GoTo ini sangat mahal,” kata Teguh, Selasa (15/3/2022), seperti dilansir dari laman Republika.

Teguh menilai opsi greenshoe yang digunakan untuk menjaga stabilisasi harga saham setelah IPO dinilai tidak cukup menjamin GoTo tidak akan bernasib sama dengan BUKA.

Meski dapat menahan penurunan, menurut Teguh, kesempatan harga saham GoTo untuk naik sangat berat karena perusahaan masih rugi dan valuasinya masih tinggi.

Dengan kondisi tersebut, Teguh yang juga Direktur Avere Investama, mengatakan sebaiknya investor bersikap wait and see. Pasalnya, saat ini bukan momentum yang tepat bagi perusahaan teknologi untuk IPO.

Baca Juga: GoTo Resmi IPO di Lantai Bursa Efek Indonesia, Tawarkan Rp316 Per Saham

“Pada saat Bukalapak IPO memang momentum saham-saham teknologi sangat diminati, tapi saat ini tidak. Amazon, Alibaba, dan Netflix bahkan sudah turun semua, jadi momentumnya sudah lewat,” pungkas Teguh.

Terima kasih telah membaca artikel

IPO GoTo: Buy or Bye?