91 Persen Pasien COVID-19 Meninggal di Malaysia Tak Sadar Terpapar Virus

Jakarta –
Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin mengungkap kemungkinan 91 persen warganya yang meninggal karena COVID-19 tidak sadar telah terpapar. Akibatnya, pertolongan terlambat diberikan saat datang ke RS dalam kondisi kritis.
Hal ini diungkapkan Khairy dalam konferensi pers pada Kamis (3/3/2022). Temuan ini diumumkan berdasarkan analisis dari 113 kasus meninggal yang tercatat pada 5-21 Januari 2022.
“Kami menemukan melalui survei, lebih dari 50 persen anggota keluarga menganggap penyakit yang dialami almarhum (pasien yang meninggal) ringan, dan tidak segera merujuk mereka ke fasilitas kesehatan,” kata Khairy yang dikutip dari Channel News Asia, Jumat (4/3/2022).
“Dan ketika itu terdeteksi (COVID-19), sudah terlambat,” lanjutnya.
Dari kasus tersebut, Khairy mendesak agar warganya yang memiliki anggota keluarga yang sudah lanjut usia untuk segera mencari bantuan medis jika menunjukkan gejala, seperti demam tinggi hingga batuk berkepanjangan.
Dikatakannya, kasus brought-in-dead (BID) atau kasus COVID-19 yang mengakibatkan kematian ini baru ditemukan penyebabnya setelah dilakukan visum.
Dalam penjelasannya, Khairy mengatakan kini Malaysia memberlakukan aturan kasus kematian COVID-19 harus dilaporkan ke Kementerian Kesehatan dalam waktu 72 jam. Per 1 Maret, angka harian COVID-19 akan mencerminkan jumlah laporan kematian yang diterima dalam 72 jam terakhir, dan dipublikasikan di situs web COVIDNOW Malaysia.
Khairy menjelaskan sebelumnya laporan kematian COVID-19 ini hanya diumumkan setelah proses pendaftaran selesai di tingkat negara bagian. Dan ini memakan waktu yang cukup lama.
“Dengan demikian, ada beberapa kasus yang tertunda sebelum diumumkan. Makanya, (ada) backlog… saya sudah perintahkan (ini) dihentikan,” tegasnya.
Menurutnya, saat jumlah kematian diumumkan, itu tidak berarti bahwa jumlah tersebut hanya terjadi pada hari itu saja. Beberapa dari kasus itu memerlukan penyelidikan lebih lanjut, seperti pemeriksaan mayat atau tes laboratorium, yang bisa membutuhkan waktu hingga 4-6 minggu.
“Pada 2 Maret, 62 (kematian), atau 54 persen, adalah yang terjadi dalam 72 jam. Sebanyak 53 kematian, atau 46 persen melebihi 72 jam. Proses pelaporan perlu disesuaikan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang situasi COVID-19 Malaysia saat ini,” pungkasnya.