Pakar IDI Minta Waspada Laporan Kematian Pertama Varian Omicron

Jakarta

Inggris menjadi negara pertama yang melaporkan kematian COVID-19 akibat Omicron. Belum diketahui apakah pasien Omicron yang meninggal belum divaksinasi lengkap atau memiliki riwayat penyakit.

Sayangnya, kasus COVID-19 Omicron meledak dalam sepekan terakhir di Inggris. Bahkan, Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid melaporkan per Senin (13/12/2021), sudah ada 4.713 kasus Omicron di Inggris.

Angkanya diprediksi terus meningkat, disebut bisa mencapai 200 ribu per hari. Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban menyoroti data baru kematian ini. Ia meminta banyak masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan bahaya Corona B.1.1.529.

“Inggris mencatat kematian pertama akibat varian Omicron, yang mewakili 20 persen kasus di sana. Varian ini juga menyumbang 40 persen kasus di London dan diperkirakan akan mendominasi kota itu dalam 48 jam ke depan,” tutur dia dalam cuitan Twitter pribadinya, Selasa (14/12/2021).

“Waspada, jangan panik dan perluas cakupan vaksinasi,” sambungnya.

Khawatir dua dosis vaksin tak lagi efektif

Sebelumnya diberitakan, Perdana Menteri Inggris khawatir jika dua dosis vaksin COVID-19 kini tak lagi efektif. Ia kemudian mendesak semua warganya bisa mendapat vaksinasi booster selambatnya akhir bulan ini.

“Saya khawatir dua dosis vaksin COVID-19 saat ini benar-benar tidak cukup untuk memberikan tingkat perlindungan yang kita semua butuhkan,” kata Johnson, mengutip data awal yang menunjukkan efektivitas rejimen dua dosis berkurang oleh varian baru.

“Ada gelombang pasang Omicron yang akan datang. Tetapi kabar baiknya adalah bahwa para ilmuwan kami yakin bahwa dengan dosis ketiga, dosis vaksinasi booster, kita semua dapat meningkatkan tingkat perlindungan kita kembali.”


Terima kasih telah membaca artikel

Pakar IDI Minta Waspada Laporan Kematian Pertama Varian Omicron