Shopee Affiliates Program

Waspada, Serangan Siber di Lingkup Bisnis Kian Agresif  

Jakarta, – McAfee Enterprise dan FireEye hari ini merilis laporanya bertajuk Cybercrime in a Pandemic World: The Impact of Covid-19, yang mengungkap tingkat urgensi bagi perusahaan-perusahaan untuk memprioritaskan dan memperkuat arsitektur keamanan siber.

Temuan tersebut menunjukkan selama pandemi, 89% perusahaan di Asia Tenggara mengalami peningkatan ancaman siber, dan 81% mengalami downtime akibat insiden siber di waktu puncak liburan atau perayaan tertentu.

Bryan Palma, CEO dari perusahaan gabungan McAfee Enterprise & FireEye menyebut musim liburan di penghujung 2021, dan menurunnya tingkat PPKM kota-kota besar sebelum musim liburan, industri e-commerce, ritel, travel, rantai pasokan dan logistik diprediksi akan mengalami peningkatan aktivitas konsumen, meski potensial tetap membuat usaha tersebut rentan terhadap ancaman siber serta meningkatkan risiko kebocoran data bisnis, karyawan, dan konsumen.

“Semua bisnis dalam berbagai skala harus mengevaluasi dan memprioritaskan teknologi keamanan agar tetap terlindungi, terutama selama puncak musim liburan,” kata Bryan.

Baginya kini pendekatan tradisional tidak lagi cukup, 94% perusahaan yang di survei malah berencana untuk meningkatkan kesiapan sibernya secara keseluruhan,  “dan bisnis sangat membutuhkan arsitektur keamanan terintegrasi serta pendekatan yang selalu siap untuk mencegah, melindungi, dan bereaksi sterhadap ancaman siber masa kini,” sambungnya.

Menurut dasbor McAfee Enterprise Covid-19, industri ritel global menyumbang 5,2% dari total ancaman siber yang terdeteksi. “Ancaman tersebut termasuk kredensial pembayaran dan penyimpanan cloud yang disusupi, serta bentuk penipuan dan pencurian ritel lainnya,” terang Bryan.

Lebih lanjut Bryan juga menegaskan ancaman siber juga bukanlah hal baru bagi industri wisata, ekosistem industri tersebut telah menjadi korban selama bertahun-tahun sebelumnya dari serangan siber.

Maka menurut Bryan dengan strategi pemerintah Indonesia menurunkan level PPKM di kota-kota besar, dan dibukanya pintu masuk bagi turis asing dari beberapa negara merupakan langkah tepat. “Karena dapat meningkatkan penjualan tiket dan booking lewat online, namun harus waspada karena menjadi kesempatan bagi para penjahat siber kembali  beraksi,” paparnya.

Selain itu, pakar keamanan digital ini juga menegaskan jika di rantai pasokan dan logistik juga tidak kalah rentah terserang penjahat digital, yang dimana menurut laporan tak kurang ada 27,8% perusahaan melaporkan lebih dari 20 gangguan rantai pasokan selama tahun 2020, naik dari 4,8% pada tahun 2019.

Di sini para pengatur rantai pasokan harus mengidentifikasi risiko, memahami potensi efek hilir dari serangan siber dan merencanakan tindakan sehingga dapat bergerak cepat jika terjadi insiden. “Untuk melindungi pendapatan mereka selama lonjakan aktivitas liburan, sekaranglah saatnya bagi perusahaan dan bisnis komersial untuk memastikan bisnis mereka  dilengkapi dengan arsitektur keamanan siber yang diperlukan untuk mengatasi ancaman yang semakin agresif dan inovatif,” tandasnya

Terima kasih telah membaca artikel

Waspada, Serangan Siber di Lingkup Bisnis Kian Agresif