Shopee Affiliates Program

Awas! Leukemia Juga Bisa Menyerang Orang Dewasa, Ini Penyebabnya

Tangerang – Tangerang – Kanker darah atau yang dikenal dengan leukemia menjadi salah satu penyakit yang membahayakan kesehatan tubuh, bahkan hingga mematikan. Leukemia umumnya disebabkan oleh kondisi tubuh yang terlalu banyak memproduksi sel darah putih abnormal sehingga mengganggu kerja sel darah putih dalam melawan infeksi.

Bicara soal leukemia, banyak mitos menyebut penyakit ini umumnya lebih sering menyerang anak-anak. Namun, siapa sangka kalau leukimia juga dapat menyerang orang dewasa, khususnya orang lanjut usia (lansia).

“Jadi pendapat itu ada betulnya juga karena secara proporsi 1 dari 4 penderita kanker darah pada anak-anak itu disebabkan oleh leukemia. Tapi pada orang dewasa tidak. Meski sebenarnya penyebab pastinya belum diketahui, tapi orang-orang yang rentan atau berisiko adalah orang-orang lanjut usia atau umur di bawah 20 tahun,” ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik) dr. Edison Y. P. Saragih, SpPD-KHOM yang saat ini berpraktek di Siloam Hospitals Lippo Village.

Lebih lanjut dr. Edison menjelaskan bahwa leukemia pada orang dewasa dapat disebabkan oleh berbagai hal mulai dari penyakit bawaan hingga faktor genetik. Bahkan, pola gaya hidup yang kurang sehat juga bisa berisiko menyebabkan leukemia.

“Beberapa gabungan faktor genetik dan lingkungan akan berkontribusi meningkatkan risiko terjadinya leukemia. Misalnya, orang tersebut pernah menjalankan pengobatan kemoterapi atau radiasi, mempunyai penyakit genetik, atau terpapar bahan kimia golongan benzena (zat pewarna). Merokok juga (menjadi penyebab) karena merupakan bahan karsinogenik. Ini adalah risiko yang perlu diantisipasi pada pasien dewasa,” katanya.

“Faktor risiko lainnya yaitu pernah punya penyakit kelainan darah lain. Ini suatu saat bisa jadi leukemia. Kemudian ada riwayat keluarga kandung punya leukemia, itu menempatkan kita pada berisiko,” imbuhnya.

Foto: Shutterstock

Saat mengidap leukemia, lanjut dr. Edison, seseorang biasanya akan mulai mengalami gejala demam dengan periode yang tidak jelas. Beberapa gejala lainnya yang juga kerap muncul antara lain, kelelahan, muncul benjolan atau bintik merah, hingga berkeringat di malam hari. Dari sekian banyak gejala tersebut, beberapa gejala seperti kelelahan dan pengurangan berat badan menjadi dua hal yang banyak tak disadari.

“Gejala atau tanda pada leukemia itu demam yang tidak jelas. Jadi, kadang demam kadang hilang. Kemudian kelelahan, orang merasa capek aja terus. Lalu, sering mengalami infeksi berulang, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Bisa juga muncul kerusakan kelenjar getah bening, ada benjolan di leher atau lipatan paha. Kemudian pasien sering mimisan, ada bintik merah, atau keringetan di malam hari. Yang paling sering tidak disadari adalah kelelahan, berat badan turun terus. Ini biasanya sering dikaitkan dengan penyakit lain,” ungkapnya.

Jika muncul gejala tersebut, dr. Edison menyarankan agar pasien dapat segera melakukan pengecekkan. Mengingat penyakit ini memerlukan diagnosis yang cepat dan tepat. Pada umumnya, lanjut dr. Edison, leukimia sering ditemukan dari pemeriksaan rutin laboratorium yang menunjukkan adanya kelainan pada darah.

“Jadi leukemia ini merupakan penyakit yang perlu didiagnosis dengan cepat sehingga harus segera diobati. Jika tidak, komplikasinya bisa bersifat fatal dengan mortalitas yang cukup tinggi. Bila menemukan gejala sebaiknya segera menemui dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut,” jelasnya.

Terkait penanganan leukemia, dr. Edison mengatakan hal ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis leukemia. Adapun jenis leukemia umumnya dibedakan menjadi akut leukemia dan kronik leukemia. Leukemia juga bisa dikategorikan berdasarkan jalur sel, yaitu seri mieloid atau seri limfoid.

“Jadi penanganan leukemia harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas diagnosis dan pengobatan leukemia, terutama memiliki ahli konsultan. Jika oleh dokter di fasilitas layanan primer misalnya sudah ada dugaan, bisa segera dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar,” katanya.

“Pengobatannya juga berbeda masing-masing, bisa kemoterapi, terapi target, atau yang paling canggih transplantasi sumsum tulang tergantung kondisi dan jenis leukemia pasien. Pengobatan juga tergantung usia, misal pasien yang terlalu tua tidak diberi obat yang terlalu keras. Kemudian tergantung penyakit bawaan, tipe kelahiran genetik dan kromosom bisa memprediksi seberapa ganasnya leukemia,” lanjutnya.

Bicara soal kesembuhan leukemia, dr. Edison menyebut target pengobatan leukemia adalah remisi lengkap. Artinya setelah pengobatan, diharapkan sel-sel leukemia baik pada pemeriksaan darah maupun di sumsum tulang tidak lagi muncul.

“Dalam perspektif keganasan, kita tidak rutin menggunakan kata sembuh. Misalnya pada leukemia remisi hasil pengobatan yang baik itu adalah remisi komplit karena sel leukemia kurang dari 5%, tetapi kita tetap harus monitor. Kalau berhasil kita namanakan remisi komplit,” katanya.

Oleh karena itu, dr. Edison mengimbau agar pasien dapat menerapkan gaya hidup sehat guna mencegah leukemia menjadi akut. Meski belum diketahui cara pencegahan leukemia yang pasti, ia menyarankan untuk menerapkan pola hidup sehat dan menghindari faktor yang dapat memicu leukemia.

“Jadi sampai saat ini masih belum diketahui cara pencegahan leukemia secara pasti, karena penyebab pastinya juga belum ditemukan hanya sebatas permukaan. Namun, hal ini bisa dilakukan dengan menghindari faktor pemicu, seperti mengonsumsi makanan bernutrisi dan menghindari makanan instan mengandung bahan kimia. Hindari juga yang bersifat karsinogenik seperti rokok. Dan yang paling penting rutin melakukan check up ke dokter saat muncul tanda-tanda leukemia,” pungkasnya.

Informasi terkait medical check up dan konsultasi dokter, dapat diakses melalui aplikasi MySiloam di smartphone Anda atau www.siloamhospitals.com. (adv/adv)

Terima kasih telah membaca artikel

Awas! Leukemia Juga Bisa Menyerang Orang Dewasa, Ini Penyebabnya