
Produksi Chip Mentok, Kinerja Apple dan Samsung Pun Rontok

Jakarta, – Meski menguasai pasar smartphone global, dua raksasa teknologi, Apple dan Samsung tak kuasa menahan krisis pasokan chip yang meluas. Mentoknya produksi komponen yang telah terjadi sejak lebih dari setahun terakhir, membuat produksi menurun dan pada gilirannya memangkas pendapatan.
Seperti dilaporkan Mobile World Live (29/10), unit selular Samsung mencatat penurunan penjualan dan profitabilitas di Q3-2021 karena kendala pasokan yang berkepanjangan, permintaan yang lebih lemah, dan peningkatan pengeluaran pemasaran pada lini produk smartphone lipat.
Tercatat, pengiriman smartphone Samsung turun 18,2% tahun-ke-tahun menjadi sekitar 72 juta unit. Begitupun dengan tablet yang turun 22,2% menjadi 7 juta, dengan ASP (average selling price) campuran termasuk sekitar $250.
Pendapatan IT dan Komunikasi Selular turun 7% menjadi KRW28,4 triliun ($24,3 miliar), dengan laba operasional 24,5% lebih rendah menjadi KRW3,4 triliun, sebagian karena meningkatnya biaya pemasaran.
VP Mobile Communications Samsung Kim Sung-koo, menggunakan panggilan pendapatan untuk menjelaskan ketidakpastian atas pasokan komponen kemungkinan akan bertahan di kuartal saat ini. Samsung juga berupaya untuk meningkatkan penjualan smartphone premium dengan berfokus pada model yang dapat dilipat dan perangkat 5G.
Meski pasokan komponen masih akan berlangsung cukup lama, Kim Sung-koo mengatakan pihaknya mengharapkan dapat mempertahankan margin laba operasi dua digit di Q4-2021.
Kim juga optimis pertumbuhan di pasar ponsel cerdas dan perangkat yang dapat dikenakan (wearable device) akan mencapai dua digit pada 2022, tetapi memperingatkan risiko peningkatan wabah Covid-19 (virus corona) terus berlanjut.
Target Pendapatan Apple Meleset
Seperti halnya Samsung, kinerja Apple juga terpangkas. Memburuknya rantai pasokan membebani Apple senilai $6 miliar dalam penjualan selama kuartal keempat fiskal perusahaan, meleset dari ekspektasi Wall Street. Chief Executive Apple Tim Cook menyebutkan bahwa dampaknya akan lebih buruk selama kuartal penjualan liburan saat ini.
Kepada Reuters, Cook mengatakan kuartal yang berakhir pada 25 September memiliki “kendala pasokan yang lebih besar dari yang diharapkan” serta gangguan manufaktur terkait pandemi di Asia Tenggara.
“Meski penjualan Apple mengalami “peningkatan signifikan” pada akhir Oktober, namun kekurangan chip terus berlanjut dan sekarang memengaruhi “sebagian besar produk kami,” kata Cook.
“Kami melakukan semua yang kami bisa lakukan untuk mendapatkan lebih banyak (keripik) dan juga semua yang bisa kami lakukan secara operasional untuk memastikan kami bergerak secepat mungkin,” kata Cook.
Cook mengatakan perusahaan mengharapkan pertumbuhan tahunan untuk kuartal yang berakhir pada Desember. Analis memperkirakan pertumbuhan 7,4% menjadi $ 119,7 miliar.
“Kami memproyeksikan pertumbuhan permintaan yang sangat solid dari tahun ke tahun. Tetapi kami juga memperkirakan bahwa kami akan kekurangan permintaan lebih dari $6 miliar,” kata Cook.
Apple mengatakan pendapatan dan keuntungan untuk kuartal keempat fiskal adalah $83,4 miliar dan $1,24 per saham, dibandingkan dengan perkiraan analis $84,8 miliar dan $1,24 per saham, menurut data IBES dari Refinitiv.
Khusus untuk produk andalannya iPhone, Apple mengatakan penjualan iPhone kuartal keempat adalah $38,9 miliar, di bawah perkiraan $41,5 miliar, menurut data Refinitiv.
Cook mengatakan bahwa chip yang dibuat dengan teknologi lama tetap menjadi kendala pasokan utama. Dia mengatakan bahwa Apple tetap tidak yakin apakah kekurangan akan berkurang setelah musim belanja liburan.
Meski mengalami kendala pasokan chip, namun Apple meraih hasil maksimal di China yang merupakan salah satu pasar utama. Melemahnya permintaan Huawei yang merupakan pesaing terdekat di segmen premium, membuat penjualan Apple di China tercatat naik signifikan sebesar 83% menjadi $14,6 miliar.
Produksi Chip Mentok, Kinerja Apple dan Samsung Pun Rontok
