Jakarta, – Serial Netflix Squid Game sukses besar, banyak orang kerajingan untuk menontonya, bakan jagat maya dipenuhi dengan cerita, mame atau bahkan potongan adegan yang diposting warganet akibat serunya film tesebut.

Kendati demikian, ada yang tidak terlalu suka dengan kisah sukses Squid Game yaitu SK Broadband, yaitu penyedia internet asal Korea Selatan. Bahkan Internet Service Providers (ISP) tersebut sampai menuntut Netflix untuk mau membayar, karena tak dupungkiri begitu banyak bandwidth dan biaya pemeliharaan yang digunakan karena lonjakan lalu lintas berasal dari raksasa streaming tersebut.

Menurut perkiraan SK Broadband, Netflix berutang 27,2 miliar won (Rp326,7 miliar) pada tahun 2020 saja. Mereka mengaku telah menangani sekitar 1.200 Gigabit data Netflix yang diproses per detik pada September. Data itu naik 24 kali lipat dari Mei 2018.

Merespon hal itu, Netflix menerbitkan keterangan dalam blog-nya dengan mengklaim kontribusinya terhadap ekonomi Korea Selatan, hingga menciptakan 16.000 pekerjaan dan pertumbuhan $4,8 miliar.

Dalam blognya, Netflix mengatakan bahwa ini adalah “platform untuk penyebaran budaya Hallyu baru melalui acara seperti Kingdom, Vincenzo, dan bahkan Squid Game yang baru-baru ini ditayangkan.” Itu juga disebut-sebut bahwa Squid Game adalah seri Korea pertama yang berhasil mencapai posisi No. 1 di Netflix AS.

Sebelumnya pada bulan Juni, dalam kasus SK Broadband vs Netfilx pengadilan Korea Selatan memenangkan raksasa streaming tersebut pada bulan Juli, dan menyebut jika SK Broadband tidak memiliki alasan untuk menuntut biaya bandwidth.

Biaya ini pada dasarnya memaksa Netflix untuk membayar ekstra sebagai bentuk layananya menjangkau pengguna. Saat itu, Netflix berpendapat bahwa mereka hanya melakukan tugasnya dengan membuat konten, dan biaya jaringan tersebut merupakan bagian dari tugas SK Broadband untuk menyediakan internet bagi pelanggannya.