8,9 Persen Balita di Boyolali Alami Stunting

Boyolali –
Jumlah kasus stunting di Boyolali mencapai 5.665 balita. Jumlah tersebut mencakup 8,9 persen dari jumlah Balita di Boyolali sebanyak 63.576 orang.
“Jumlah kasusnya (Stunting) di Boyolali, dari data terakhir per Februari 2021 ini total keseluruhan sejumlah 5.665 balita stunting. Usia 0-5 tahun, jadi sampai 60 bulan,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Ratri S Survivalina, ditemui usai mengikuti acara rembuk aksi percepatan penurunan stunting di Pendopo Ageng Kompleks Kantor Terpadu Pemkab Boyolali, Selasa (15/6/2021).
“Dari total semua balita sebanyak 63.576. tersebar di semua kecamatan (21 kecamatan). Paling banyak di Kecamatan Andong sebanyak 502, Ķecamatan Klego 479. Paling sedikit di Kecamatan Nogosari jumahnya 6,” tambahnya.
Ini berarti persentase stunting di Boyolali adalah 8,9 persen.
“Dibandingkan angka nasional ini sudah bagus, karena nasional itu targetnya harus kurang dari 14 persen. Namun untuk menjaga supaya tidak terjadi pengulangan atau kenaikan kasus stunting maka komitmen itu tetap harus dibangun,” ujarnya.
Kegiatan Rembuk Percepatan Penurunan Stanting digelar, jelas dia, juga untuk menguatkan komitmen dari seluruh lintas sektor dan pihak-pihak yang terkait untuk menurunkan kasus stunting tersebut. Diharapkan dengan adanya sinergisitas dari semua pihak yang terkait tersebut, nanti di tahun-tahun mendatang akan bisa menurunkan angka kejadian stunting di Kabupaten Boyolali.
“Karena untuk program stunting ini merupakan program jangka panjang. Karena hasil akhirnya baru akan terlihat setelah 25 tahun, setelah anak-anak yang kita intervensi sekarang mereka menjadi dewasa, menjadi manusia yang produktif,” imbuh Lina, sapaan dia.
Upaya menurunkan angka stunting, menurut dia, dengan melakukan intervensi. Ada dua intervensi yakni intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
“Intervensi gizi spesifik ini wilayahnya (Dinas) Kesehatan. Jadi kita memberikan zat besi untuk remaja putri, ibu hamil, kita berikan PMT balita, berikan pelayanan kepada ibu hamil sampai ibu nifas juga dipantau gizi dan PMT-nya. Juga memberikan vitamin A. Ini manfaatnya hanya 30 persen untuk mencegah kejadian stunting,” paparnya.
“Yang 70 persen itu miliknya lintas sektor yang kita sebut intervensi gizi sensitif. 70 persen itu terbagi menjadi banyak sektor, yang terkait dengan sanitasi, sosial ekonomi, pendidikan, ketersediaan pangan, air bersih, program KB, program kesehatan lingkungan yang lain,” lanjut Lina.
Sehingga intervensi dari berbagai sektor ini penting untuk menurunkan angka kejadian stunting di Boyolali. Jika tidak diintervensi, maka angka kejadian stunting itu bisa muncul karena kelemahan dari sektor-sektor tersebut.