7 Mitos soal Seks Paling Banyak Beredar di Masyarakat, Sering Bikin Salah Kaprah!

Daftar Isi

Jakarta

Perkembangan teknologi membuat informasi tentang kesehatan seksual dapat diakses oleh banyak orang dengan mudah dan cepat. Meski begitu, masih saja ada informasi meleset tentang seks yang beredar di masyarakat.

Selain memberikan informasi yang tidak benar, mitos-mitos tersebut dapat memunculkan kekhawatiran dan kesalahpahaman orang-orang akan kesehatan seksual. Agar tidak salah kaprah, penting untuk mengetahui fakta sebenarnya dari mitos-mitos tersebut.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut sejumlah mitos tentang seks yang beredar di masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Wanita yang terangsang tidak butuh ‘pelumas’ tambahan

Banyak orang yang mengira, wanita hanya membutuhkan rangsangan berupa sentuhan fisik agar vaginanya menjadi basah sebelum penetrasi. Faktanya, rangsangan seksual tidak selalu sejalan dengan basahnya vagina.

Direktur Center for Sexual Health Promotion di Indiana University School of Public Health, Debby Herbenick mengatakan sekitar 17 persen dari wanita berusia 18 hingga 50 tahun mengalami vagina kering saat bercinta. Meski kondisi ini kerap dialami oleh wanita yang menopause atau menyusui, ada beragam faktor lain yang bisa memengaruhi. Misalnya, karena pengaruh obat-obatan tertentu.

“Seperti yang selalu saya sampaikan kepada murid-murid saya, vagina bukanlah hutan hujan. Kita bisa saja merasa terangsang atau jatuh cinta tapi tetap tidak terlubrikasi seperti yang diharapkan,” ujar Herbenick, dikutip dari New York Times.

2. Sakit saat berhubungan intim itu normal

Mungkin masih ada yang menyangka sakit saat berhubungan seks itu normal. Tapi Shemeka Thorpe, peneliti yang mempelajari tentang seksualitas, mengungkapkan fakta yang berbeda.

“Kita sering mengetahui kalau orang yang mengalami kelainan nyeri seksual di kemudian hari sebenarnya merasakan nyeri seksual saat pertama kali melakukan hubungan intim, dan terus merasakan nyeri seksual atau di vulva. Mereka tidak sadar kalau itu adalah sebuah masalah,” ucapnya.

Tak hanya wanita, pria juga bisa merasakan nyeri saat berhubungan intim. Karenanya, para pakar menekankan pentingnya untuk memeriksakan diri ketika mengalami nyeri saat berhubungan seks.

3. Pria punya keinginan bercinta lebih tinggi dibanding wanita

Ini adalah salah satu mitos tentang seks yang bisa membebani kaum pria. Pakar terapi seks Ian Kerner mengungkapkan pria tidak selalu menjadi pihak dengan hasrat seks yang lebih tinggi.

“Perbedaan hasrat adalah masalah nomor satu yang saya tangani dalam praktik saya, dan pasangan dengan hasrat yang lebih tinggi tidak selalu laki-laki,” tuturnya.

Kerner menambahkan mitos ini sering kali membuat pria malu jika memiliki hasrat seksual yang rendah, dan merasakan tekanan untuk selalu memulai aktivitas seksual.

4. Seks saat menstruasi tidak membuat hamil

Mitos satu ini sering membuat orang salah paham. Faktanya, wanita tetap bisa hamil selama melakukan hubungan intim tanpa pengaman, meski sedang menstruasi.

Dikutip dari The Source, kebanyakan wanita memiliki siklus menstruasi yang berlangsung sekitar 28 hari. Selama siklus tersebut, pendarahan biasanya hanya terjadi sekitar 5 hari.

Dalam masa yang singkat itu, sel telur yang tidak dibuahi akan dikeluarkan dari dalam tubuh. Tapi sebelum memasuki siklus menstruasi, wanita akan mengalami ovulasi, yaitu rentang waktu selama 12-16 hari ketika sel telur yang matang dilepaskan dari ovarium.

Beberapa wanita memiliki siklus menstruasi yang lebih pendek. Artinya, tahap ovulasi bisa terjadi lebih awal. Mengingat sperma bisa hidup dalam tubuh manusia hingga selama 5 hari. Jadi jika waktunya tepat, sperma bisa bertahan cukup lama untuk membuahi sel telur.

5. Seks dalam posisi berdiri tidak membuat hamil

Mitos aneh lainnya mengatakan seks dalam posisi berdiri tidak menyebabkan kehamilan lantaran gravitasi akan mencegah sperma mencapai sel telur. Padahal, hal posisi seks dan potensi kehamilan tidak ada hubungannya sama sekali.

Saat pria ejakulasi, jutaan sperma akan dilepaskan ke dalam vagina dan ‘berenang’ menuju sel telur. Bercinta sambil berdiri tidak akan mencegah terjadinya pembuahan, begitu juga dengan melompat atau mencuci vagina setelah ejakulasi.

Terlepas apapun posisi bercinta yang dilakukan, wanita tetap berpotensi hamil jika bercinta tanpa pengaman atau alat kontrasepsi lainnya.

6. Mencabut Mr P sebelum ejakulasi mencegah kehamilan

Ini adalah mitos yang sejak lama diyakini banyak orang. Tapi faktanya, mencabut penis sebelum ejakulasi tetap bisa menyebabkan kehamilan.

Dikutip dari Mayo Clinic, mencabut penis sebelum ejakulasi membutuhkan kontrol diri. Bahkan jika pria bisa melakukannya, mencabut penis dari vagina sebelum ejakulasi belum tentu efektif mencegah kehamilan. Pasalnya, sperma bisa saja masuk ke dalam vagina jika timing-nya tidak tepat. Cairan pre-cum juga bisa mengandung sperma, sehingga kehamilan masih mungkin untuk terjadi.

7. Menonton film porno bisa bikin pria kena disfungsi ereksi

Banyak orang yang percaya, kebanyakan menonton film porno dapat membuat pria mengalami disfungsi ereksi. Namun, Kerner mengatakan belum ada penelitian absah terkait klaim tersebut.

“Belum ada penelitian sah yang bisa benar-benar menunjukkan kalau film porno bisa mengacaukan neurokimia sehingga menyebabkan disfungsi ereksi,” terangnya.

Kerner menjelaskan disfungsi ereksi bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun psikologi. Umumnya, hal yang paling sering membuat pria mengalami disfungsi ereksi adalah faktor kecemasan.

“Kecemasan adalah musuh ereksi bagi setiap pria, dan ada banyak hal yang bisa memunculkan rasa cemas: kurangnya pengalaman, seks pertama dengan seseorang, kurang percaya diri dengan organ vital, pengalaman traumatis karena sebelumnya pernah mengalami disfungsi ereksi, tekanan, dan terkadang, karena membandingkan diri dengan aktor di film porno,” papar Kerner.

Terima kasih telah membaca artikel

7 Mitos soal Seks Paling Banyak Beredar di Masyarakat, Sering Bikin Salah Kaprah!