4 Negara yang Sempat Kolaps karena Diamuk COVID-19

Jakarta –
Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia terus melonjak. Menurut Kabid Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Dr Masdalina Pane, Indonesia terancam kolaps apabila pemerintah tak kunjung mengambil tindakan untuk menekan kasus COVID-19.
Pane mengatakan jika tindakan pengendalian tidak segera dilakukan, maka Indonesia berisiko kolaps dua hingga empat pekan ke depan.
“Jika tak ada containment, tidak ada pengendalian yang tepat dan cepat saya bisa katakan 2 minggu sampai 1 bulan lagi kita sudah akan kolaps,” tegas Pane dalam siaran live BNPB, Kamis (17/6/2021).
Pada kasus Corona dunia, sebelumnya telah terdapat sejumlah negara yang juga pernah mengalami kolaps akibat lonjakan kasus Corona yang cukup parah. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 4 negara yang sempat kolaps karena COVID-19.
Italia
Gelombang ketiga COVID-19 di Italia telah membuat negara tersebut kembali dinyatakan sebagai zona merah. Pada awal April lalu, Italia sempat mencatat sebanyak 23.634 kasus baru dan 501 kasus kematian. Krisis COVID-19 yang melanda Italia telah membuat ruang ICU di berbagai rumah sakit menjadi kewalahan.
“Selama gelombang kedua dan ketiga ini, kami tidak pernah memiliki pasien COVID-19 kurang dari 350-380 orang di ICU. Rata-rata pasien berusia 62 tahun, dan tingkat kematian sekitar 30-40 persen,” ujar kepala perawatan intensif dan anestesi, Roberto Fumagalli, MD, dari Niguarda Metropolitan Hospital di Milan, Italia.
India
India merupakan salah satu negara di dunia yang dilanda tsunami COVID-19. Bahkan, India telah berkali-kali memecahkan rekor sebagai negara yang melaporkan jumlah kasus infeksi dan kematian harian akibat COVID-19 terbanyak di dunia. Akibat jumlah kasus yang kian meningkat tersebut, tabung oksigen menjadi hal yang sangat berharga karena sulit didapat.
Keterisian daya tampung di rumah sakit yang telah melampaui batas pun sempat membuat sejumlah rumah sakit di India terpaksa memulangkan pasiennya. Tak sedikit pula pasien COVID-19 yang harus menjalani perawatan di bajaj lantaran ambulan tidak lagi tersedia.
Di beberapa daerah, masjid bahkan beralih fungsi menjadi bangsal COVID-19 untuk merawat pasien terinfeksi Corona. Menurut seorang profesor dari Johns Hopkins Bloomberg, Dr Amita Gupta, krisis COVID-19 di India sebenarnya diperkirakan 10 kali lebih buruk dari yang dilaporkan.
Brazil
Pada April lalu, Brazil melaporkan lebih dari 4.000 kasus kematian akibat COVID-19 hanya dalam 24 jam. Rumah sakit di berbagai kota sempat dipenuhi oleh pasien yang menunggu untuk mendapatkan penanganan. Bahkan, tak sedikit fasilitas kesehatan yang kolaps dan tidak lagi bisa menampung pasien.
Berdasarkan data dari institut kesehatan Fiocruz di Portugis, pasien COVID-19 di Brazil kala itu telah mengisi sebanyak 90 persen ketersediaan tempat tidur di ICU. Sejumlah area juga sempat melaporkan suplai oksigen yang terus berkurang.
Meski telah dilanda krisis COVID-19 cukup parah, Presiden Jair Bolsonaro terus menentang kebijakan lockdown untuk menekan jumlah kasus. Menurutnya, kerusakan ekonomi akibat Corona akan lebih buruk daripada efek virus itu sendiri.
Amerika Serikat
Krisis infeksi virus Corona juga sempat melanda Amerika Serikat. Pada April, jumlah kasus harian di AS sempat menyentuh angka rata-rata hingga 65.000 kasus baru per hari. Sebelumnya pada Maret, ahli epidemiologi AS, Michael Osterholm telah mewanti-wanti ledakan kasus COVID-19 di AS.
Presiden Joe Biden pun sempat memberikan peringatan kepada warga AS bahwa perang melawan COVID-19 di AS masih jauh dari kemenangan, meskipun AS telah gencar melaksanakan vaksinasi massal.
“Perang melawan COVID-19 masih jauh dari kemenangan. Ini benar-benar serius,” katanya beberapa waktu yang lalu.