3 Bulan Berturut-turut Nol Kasus, Hong Kong Kini Kewalahan Diamuk Omicron

Jakarta –
Kasus Omicron Hong Kong ‘meledak’ cetak rekor 56.827 kasus baru, diikuti 144 kematian per Kamis (3/3/2022). Sejumlah kereta bawah tanah, bus dan feri, serta salah satu supermarket terbesar terpaksa dibatasi layanannya karena wabah COVID-19 memburuk.
Kenaikan eksponensial kasus Omicron di Hong Kong mulai terjadi awal Februari dengan laporan 100-an kasus. Padahal sebelumnya, tiga bulan berturut-turut Hong Kong berhasil nol kasus COVID-19 hingga akhir 2021.
Banyak restoran dan toko tutup. Departemen Transportasi Hong Kong mengatakan 98 rute bus juga akan dihentikan sementara, operator menghadapi kekurangan tenaga kerja yang belakangan ikut terpapar Omicron, begitu juga dengan layanan kereta api.
“Kami telah berusaha untuk mempertahankan layanan kereta api meskipun situasi COVID-19 memburuk. Namun, perkembangan terakhir dari pandemi mempengaruhi tenaga kerja untuk operasi sehari-hari,” demikian keterangan resmi operasi kerata, dikutip dari Reuters.
Selain itu, layanan feri yang melintasi pelabuhan kota antara pulau utama Hong Kong dan semenanjung Kowloon mengatakan mereka akan menangguhkan layanan sampai pemberitahuan lebih lanjut.
ParknShop, salah satu jaringan supermarket terbesar di kota itu, telah memperpendek jam operasional di lebih dari 200 gerai untuk melindungi staf dan pelanggannya, bahkan beberapa di antaranya tutup lebih awal, pada pukul 15.00.
Pakar kesehatan dari Universitas Hong Kong memperkirakan sekitar 1,7 juta orang telah terinfeksi pada Senin, dengan minggu mendatang diperkirakan akan mencapai puncak sekitar 183.000 infeksi setiap hari.
Panic buying di mana-mana
Rak supermarket dan apotek kerap kosong, imbas cemasnya warga di tengah peningkatan kasus Omicron. Pemimpin kota Carrie Lam mengatakan pemerintah tidak memiliki rencana untuk lockdown total saat melakukan pengujian wajib terhadap 7,4 juta penduduk kota itu.
“Pemerintah akan mengumumkan rincian rencana ketika selesai,” katanya.
Hong Kong telah menerapkan aturan paling ketat sejak pandemi dimulai dengan pembatasan perjalanan internasional, sebagian besar tempat ditutup serta larangan pertemuan publik lebih dari dua orang. Banyak masyarakat akhirnya takut dipaksa untuk mengisolasi dan dipisahkan dari keluarga mereka jika mereka dinyatakan positif, berkaca pada kebijakan sebelumnya.