3 Alasan Utama Mengapa Merger Smartfren dengan XL Axiata Layak Diwujudkan

– Dipicu oleh pernyataan Menkominfo Budi Arie Setiadi, wacana merger antara Smartfren dengan XL Axiata semakin berhembus kencang sejak akhir tahun lalu.
Memang dalam berbagai kesempatan, Budi Arie meminta konsolidasi dapat kembali terjadi di industri selular. Targetnya hanya ada tiga operator yang beroperasi di Indonesia.
Pasca merger terakhir yang rampung pada awal 2021, dan menghasilkan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), saat ini tersisa empat operator yang beroperasi.
Keempatnya adalah Telkomsel (anak perusahaan PT Telkom), IOH (anak perusahaan Qatar Telecom dan Hutchison Hong Kong), XL Axiata (anak perusahaan Axiata Malaysia), serta Smartfren Telecom (anak perusahaan Sinar Mas Group).
Menkominfo beralasan, menciutnya jumlah operator selular dapat mendorong industri telekomunikasi yang lebih efisien dan sehat. Dia beralasan banyak negara saat ini hanya dilayani oleh tiga operator saja.
Meski isu merger terus mengemuka, namun baik petinggi XL Axiata maupun Smarfren, kompak mengakui bahwa sejauh ini masing-masing induk perusahaan belum memberikan petunjuk.
Menurut CEO/Dirut XL Axiata Dian Siswarini, informasi seputar merger adalah ranah pemegang saham. Sehingga sampai saat ini, ia di manajemen belum mendapatkan informasi tentang hal itu.
Dian mengatakan aksi korporasi, seperti merger atau akuisisi itu soal ranah pemegang saham.
Baca Juga: Merger XL Axiata dan Smartfren Masih Menunggu Petunjuk Dari Induk Perusahaan
“Untuk saat ini belum ada kepastian, hanya semua pemegang saham selalu melihat peluang konsolidasi, karena balik lagi konsolidasi itu membawa sinergi dan juga membawa industri yang lebih baik.”
“Belum ada hilal” kalaupun itu terjadi, pasti akan ada eksposur yang sesuai dengan peraturan yang ada”, ujar Dian belum lama ini.
Seperti halnya Dian Siswarini, President Director Smartfren Merza Fachys, mengatakan sejauh ini manajemen belum mengetahui sejauh apa proses diskusi yang tengah berlangsung terkait dengan merger tersebut.
“Masih (dibahas) di tingkat pemegang saham. Kalau merger kan bukan kita manajemen (yang memutuskan), orang yang punya brand sama yang punya Axiata,” kata Merza, beberapa waktu lalu.
Ia kemudian menyampaikan harapannya atas merger ini agar menjadi solusi yang terbaik untuk efisiensi kedua belah pihak. Efisiensi yang dimaksud datang dari segala sisi, salah satunya efisiensi operasional.
Memang terdapat beragam keuntungan jika merger Smartfren dan Xl Axiata benar dapat terwujud. Terutama dari sisi pemanfaatan sumber daya yang jauh lebih efisien. Seperti penguasaan frekwensi, perangkat, sumber daya manusia, kekuatan modal, dukungan teknologi, dan lain sebagainya.
Dengan berbagai pertimbangan, opsi merger bikin pilihan melainkan sudah keharusan bagi kedua operator, jika ingin tetap bertahan dalam industri telekomunikasi yang sangat kompetitif.
Halaman Selanjutnya..
Tiga alasan utama mengapa merger kedua operator perlu diwujudkan.