3 Alasan DKI Harus Perketat WFH Lagi Meski Vaksinasi Sudah Jalan

Jakarta –
Klaster perkantoran virus Corona DKI Jakarta kembali meningkat dua kali lipat. Sebagian di antaranya bahkan sudah menerima vaksin COVID-19. Hal ini diungkap Pemprov DKI Jakarta dalam unggahannya di media sosial.
“Sebagian besar kasus konfirmasi COVID-19 di perkantoran terjadi pada perkantoran yang sudah menerima vaksinasi COVID-19,” tulis akun Pemprov DKI, Sabtu (24/4/2021).
Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman pun mendesak untuk kembali memperketat WFH (work from home). Ia menyebutkan beberapa alasan mengapa klaster perkantoran menjadi salah satu penyumbang kasus Corona terbanyak, termasuk di dunia.
“Klaster perkantoran ini adalah hal yang serius karena bisa mengancam pegawai dan keluarganya. Bisa berkontribusi lagi dalam penyebaran,” tutur Dicky saat dihubungi detikcom Selasa (27/4/2021).
Berikut 3 alasan mengapa harus kembali memperketat penerapan WFH.
1. Lemahnya protokol kesehatan di kantor
Disebutkan Dicky, penyebab terjadinya klaster kantoran bisa merujuk kepada lokasi. Seperti pada saat makan di kantin kantor, ada meeting offline.
“Adanya mekanisme pertemuan offline, yang mana melakukan pertemuan di saat pandemi ini salah, walaupun sudah divaksinasi, itu tidak jadi pembenaran karena ada banyak hal yang harus dipastikan terlebih dahulu, jadi euforia vaksinasi menjadi kontributor dalam abainya protokol kesehatan di perkantoran,” jelas Dicky.
2. Kurangnya monitoring prokes dari pemerintah
Pengawasan terhadap protokol kesehatan di kantor lemah, oleh karena itu Dicky menyarankan agar pemerintah daerah harus mengambil peran yang sangat besar dan harus ditingkatkan untuk monitoring prokes.
“Kalau tidak ada monitoring ya abai para pekerja di kantor,” tambahnya.
Dicky mencontohkan, ketika para pekerja kantor makan siang, mereka seringkali lupa akan protokol kesehatan. Maka hal ini yang berkontribusi dalam peningkatan kasus.
3. Mengabaikan protokol kesehatan
Banyak titik lengah penularan Corona di kantor yang tak disadari sejumlah karyawan. Termasuk makan bersama, berkumpul di dalam ruangan minim ventilasi, sehingga penularan Corona semakin tinggi risikonya.
“Lemahnya protokol kesehatan di kantor atau tempat kerja itu, atau buruk, atau memang salah, sebagai contoh adanya mekanisme pertemuan offline,” jelas Dicky.
Di sisi lain, pemerintah juga belum maksimal melaksanakan pengendalian pandemi Corona terutama di tracing. Padahal, hal tersebut menjadi kunci utama mengatasi wabah Corona.