2 Skenario Munculnya Varian Baru Usai Omicron, Lebih Jinak atau Mengganas?

Jakarta –
Meski varian Omicron memicu gejala relatif lebih ringan dibanding varian Corona lainnya, sejumlah pakar meyakini Omicron tak bakal jadi varian Corona terakhir yang merebak. Bahkan tak tertutup kemungkinan, varian yang nanti menyusul bersifat lebih berbahaya dibanding varian-varian Corona yang ada sebelumnya.
Ahli virologi evolusioner di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, Jesse Bloom, meyakini Omicron tak akan menjadi varian terakhir yang masuk Variant of Concern (VoC). Menurutnya, terdapat dua skenario kemunculan varian Corona baru. Pertama, Omicron terus berevolusi kemudian menciptakan varian ‘Omicron plus’ yang lebih buruk dari BA.1 atau BA.2 yang kini kerap disebut ‘Omicron siluman’.
Skenario kedua, varian baru muncul tanpa keterkaitan dengan varian Corona lainnya termasuk Omicron.
Dalam kesempatan lainnya, pakar epidemiologis dari Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo, menyebut varian Corona baru dengan tingkat keparahan lebih tinggi bisa muncul akibat cakupan vaksinasi COVID-19 yang tidak merata di negara-negara. Artinya, negara yang sudah memiliki cakupan vaksinasi COVID-19 tinggi tidak terjamin bebas dari risiko terpapar varian baru selama masih ada negara lain dengan cakupan vaksinasi yang rendah.
“Kita tidak cukup hanya melihat negara sendiri. Tapi bagaimana negara-negara lain. Kalau masih ada negara-negara lain yang cakupan vaksinasinya sangat jauh di bawah kita, pasti banyak juga yang masih hanya cakupan dua dosisnya 30 persen atau kurang, itu masih banyak,” jelasnya dalam konferensi pers virtual bertajuk ‘Mengenal Pelbagai Kombinasi Vaksin COVID-19 dan Sejauh Mana Booster Diperlukan’, Kamis (24/2/2022)
“Itu yang kita khawatirkan akan muncul varian-varian baru yang mungkin saja bisa lebih menular meskipun kita harapkan virulensinya lebih rendah, itu membuat kita terus kelabakan,” pungkasnya.