Ulama hingga Ormas di Solo Kecam Penyerangan Usai Acara Doa Pernikahan

Solo

Aksi intoleran dilakukan sekelompok massa ormas terhadap peserta doa bersama dalam rangkaian acara menjelang pernikahan atau midodareni di Solo. Ulama sekaligus tokoh masyarakat Solo, Habib Novel Alaydrus menegaskan tindakan anarki dalam bentuk apapun tidak dibenarkan.

“Solo harus aman, harus adem. Jadi segala bentuk sikap anarkis, alasannya apapun, tidak dibenarkan oleh negara, tidak dibenarkan juga oleh agama,” kata Habib Novel saat dihubungi detikcom, Minggu (9/8/2020).

Habib Novel mengaku sempat mendatangi lokasi sesaat setelah kejadian berlangsung. Dia ingin memastikan aparat menindak tegas pelaku penyerangan.

“Biar kejadian tidak meluas, saya datang ke sana, meminta polisi untuk bertindak tegas. Jangan ragu-ragu, kami mendukung langkah polisi untuk menindak tegas,” ujar Habib Novel.

Dari aksi tersebut, ada tiga orang warga Solo keturunan Arab yang menjadi korban. Mereka mengalami luka-luka usai terkena lemparan batu.

Pengasuh Majelis Ar-Raudhah itu mengaku tidak mempermasalahkan siapa korbannya. Namun dia menegaskan agar tindakan main hakim sendiri tidak boleh terjadi lagi.

“Pokoknya ada umat Islam ataupun nonmuslim, saya nggak peduli, dikeroyok di dekat wilayah saya, maka saya harus memberikan dukungan pada polisi. Sikap intoleran ini tidak boleh ditoleransi. Apalagi di Solo. Solo harus aman, harus adem,” ujar Novel.

Hal senada juga disampaikan salah satu ormas di Solo, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama. Mereka turut mengecam aksi intoleransi tersebut, dan mendatangi Polresta Solo untuk mendukung kepolisian mengusut tuntas kasus itu.

“Tindakan anarkisme tidak dibenarkan di negara hukum. Kami mendukung kepolisian untuk segera mengusut tuntas kasus ini,” kata Ketua PC GP Ansor Solo, Arif Syarifudin.

Terima kasih telah membaca artikel

Ulama hingga Ormas di Solo Kecam Penyerangan Usai Acara Doa Pernikahan