Tiga Kelompok Tani Bandung Diajukan Jadi Petani Milenial Jabar

Bandung –
Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung memberikan rekomendasi pada tiga kelompok petani Kota Bandung untuk masuk dalam program Petani Milenial yang digulirkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
“Yang saya langsung kemarin memberikan rekomendasi ada tiga kelompok, mungkin bertambah. (Mereka) meminta rekomendasi atau semacam surat pengantar sebagai unsur petani milenial,” kata Kadispangtan Gin Gin Ginanjar saat dihubungi detikcom, Senin (1/3/2021).
“Kita jadi salah satu dinas yang memberikan rekomendasi kepada petani kelompok atau perseorangan yang tadi ingin mendaftarkan diri atau terlibat mengikuti program itu harus ada rekomendasi dari Dinas Pangan dan Pertanian,” sambungnya.
Gin Gin mengatakan, untuk sektor yang diajukan dalam Petani Milenial Jabar dan jadi perwakilan Kota Bandung baru dari sektor peternakan. “Jadi ada kelompok pemuda punya keahlian di bidang peternakan sapi. Di Bandung Timur, daerah Ujung Berung-Cibiru,” ujarnya.
Lebih lanjut, karena daftar petani milenial Jabar membutuhkan surat rekomendasi dari kabupaten dan kota, Gin Gin mengatakan, sejauh ini tidak ada batas waktu dari Pemkot Bandung. Adapun, para pendaftar diharapkan dapat memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan.
“Kita hanya melihat bahwa dia betul penduduk Kota Bandung, kemudian menjadi bagian atau kelompok petani dari komunitas petani. Secara legalisasi kalau dia kelompok ada legalitasi SK pengangkatan atau pembentukan kelompok tani. Nah kita memastikan itu kemudian wilayah kerja dia punya. Kalau itu terpenuhi kita memberikan rekomendasi bahwa dia betul kelompok petani yang ada di kota bandung,” jelasnya.
Ditanya perihal potensi pertanian di Kota Bandung, Gin Gin mengungkapkan bahwa sektor pertanian bukan jadi salah satu pertahanan pangan yang utama karena kondisi kepadatan penduduk yang ada dan SDM yang kurang memungkinkan.
“Iya memang betul, Kota Bandung bukan daerah pertanian, biasanya kelompok-kelompok petani muda ini tinggalnya di Kota Bandung tapi bergeraknya di luar kota apakah dia spesialis ekspor impor atau usahanya di luar,” katanya.
Misalkan, kata dia, petani milenial yang berkiprah di bidang kopi memiliki perkebunan di Kabupaten Bandung, namun dari segi factory (pabrik), pengemasan, dan pemasaran berada di wilayah Kota Bandung. Sehingga, kata dia, Kota Bandung bisa disebut sebagai pertanian kreatif.
“Saya pikir ini bagus yah untuk membuka minat petani bahwa selama ini salah satu kendala di perkotaan itu sedikitnya yang bergerak di pertanian khususnya kaum muda. Sebagai langkah untuk menjaring kaum muda ini agar mau di pertanian, karena pertanian ini bidang yang penting dan pokok agar muncul petani muda. Jelas (mendorong sektor pertanian) karena Bandung ini kalau bicara pertanian, pertanian kreatif,” jelas Gin Gin.
Adapun lahan pertanian yang ada di Kota Bandung masih terpusat di Bandung Timur. Pihaknya menyebut, wilayah tersebut memiliki perluasan daerah yang dahulunya masih masuk bagian Kabupaten Bandung.
“Masih banyak lahan terbuka hijau. Kaya di Kota Bandung sekarang ada sawah abadi yang terpusat di Cibiru dan Ujungberung. Kita punya sekitar 22 hektare itu di dua kecamatan itu. Jadi Bandung Timur masih mendominasi lahan pertanian terbuka,” pungkasnya.
(mud/mud)