
Teka-teki Penyebab Fenomena Ribuan Burung Pipit Berjatuhan di Bali

Jakarta –
Sebuah video yang menampilkan burung pipit berjatuhan di kuburan Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Sejumlah dugaan penyebab fenomena ini pun muncul.
Kadek Sutika perekam video itu mengatakan kejadian itu pada Kamis (9/9) sekitar pukul 08.00 Wita. Setelah merekam video tersebut, dia langsung mengunggahnya ke Facebook, seketika viral beberapa menit kemudian.
Sutika menceritakan ia menemukan burung-burung berjatuhan itu saat pulang dari tempat tinggal temannya. Saat itu cuacanya sedang hujan.
“Awalnya pagi itu saya mau baru berangkat kerja dan sedang hujan. (Karena hujan) saya cari dulu teman saya yang tak ajak kerja. Tapi teman saya mengatakan, nggak jadi kerja karena hujan,” jelas Sutika.
“(Saat pulang) saya lihat ke kuburan saya lihat anak-anak yang mengambil-ambil burung itu. Saya lihat ke kuburan, saya lihat ada banyak burung di bawah pohon, ada yang mati, ada yang masih hidup,” imbuhnya.
Menurut Sutika, burung-burung yang berjatuhan ke tanah itu berada di bawah pohon asem di kuburan Banjar Sema. Awalnya burung-burung tersebut tidur di atas pohon.
“Awalnya sering tidur burung di pohon asem itu. Banyak ada burung di sana, tapi baru lima hari burung di sana, dulu tidak ada. Dua ada pohon asem di sana. Asem kembar rasanya itu,” tuturnya.
Sore harinya, burung-burung yang mati berjatuhan di tanah itu sudah dikubur. Sutika menyebut jumlah burung yang berjatuhan itu sekitar seribu ekor.
“Banyak sekali burung di sana, ribuan. Iya ribuan lebih. Saya pertama kali menjumpai hal seperti ini,” terangnya.
Dugaan Penyebab Burung Jatuh
Dari video dan cerita Sutika ini muncul sejumlah dugaan penyebab fenomena burung pipit berjatuhan ini. Dugaan pertama disampaikan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali.
Saat itu BKSDA Bali menduga fenomena itu terjadi karena saat itu cuaca dipegaruhi hujan asam. Namun, dia mengaku belum mengetahui pasti penyebab peristiwa itu.
Namun hari ini Jumat (10/9), BKSDA Bali menyampaikan dugaan baru kematian burung pipit yang viral di Bali. Burung-burung tersebut diduga mati karena keracunan pestisida.
“Dugaan kami adalah perilaku masyarakat yang menggunakan pestisida non-alami di sekitar Desa Pering tersebut. Jadi dugaan saya adalah burung-burung tersebut keracunan dari pestisida tersebut,” kata Kepala Subbagian Tata Usaha BKSDA Bali Prawona Meruanto kepada detikcom, Jumat (10/9).
Antok menuturkan burung pipit saat mencari makan pasti bergerombol dari ratusan sampai ribuan. Mereka kemudian mencari makan di tanaman padi yang baru tumbuh, yang mungkin saja baru selesai dilakukan penyemprotan pestisida sehingga mengakibatkan keracunan.
“Jadi dugaan sementara seperti itu dan kemudian teman-teman di lapangan melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk tetap hati-hati melakukan pestisida dan tetap menjaga habitat satwa liar yang ada di sekitar mereka. Tidak hanya burung yang lain juga menjadi perhatian masyarakat sekitarnya,” jelasnya.
Antok menegaskan tim dari BKSDA Bali sudah melakukan peninjauan ke lapangan. Dari hasil kunjungan ke lapangan itulah ditemukan adanya dugaan burung-burung pipit tersebut keracunan pestisida.
Selain karena keracunan, dugaan lain burung-burung tersebut mati karena curah hujan yang tinggi dan mengandung asam. Kondisi itu disinyalir menyebabkan burung tersebut jatuh dan mati.
“Burung-burung tersebut karena curah hujan yang cukup tinggi dan mungkin sedikit mengandung asam air hujan tersebut sehingga mengakibatkan burung-burung itu terjatuh,” jelas Antok.
Selanjutnya
Teka-teki Penyebab Fenomena Ribuan Burung Pipit Berjatuhan di Bali
