Jakarta –

Salah satu kebiasaan yang tak jarang dilakukan masyarakat saat bulan puasa adalah makan sahur tengah malam. Kebiasaan ini terkadang dilakukan ketika seseorang malas bangun dini hari untuk sahur atau takut tidak terbangun ketika waktu sahur tiba.

Apakah sebenarnya kebiasaan ini boleh dilakukan? Menurut dr Marinda Asiah Nuril Haya, MMed Sci, PhD, dari Prodi Kedokteran Keluarga Fakultas Kedoktran Universitas Indonesia (FKUI), kebiasaan ini memiliki efek yang tidak baik untuk kualitas puasa.

Ketika seseorang sahur lebih dulu, mungkin durasi tidur yang didapatkan pada hari tersebut dapat lebih panjang lantaran tidak perlu bangun lagi untuk sahur. Namun, di sisi lain makan sahur ketika tengah malam dapat membuat durasi puasa menjadi lebih panjang.

“Kalau kita bicara soal tidur mungkin dia jam tidur minimalnya dapat dengan cara itu. Tapi kalau kita lihat ke puasanya, malah jadi lebih panjang kan? Jadi jam 12 malam sampai 6 sore. Puasanya jadi 18 jam,” katanya ketika berbincang dengan detikcom.

Tidak hanya soal durasi puasa yang lebih panjang, dr Nuril juga menyoroti jenis makanan yang dikonsumsi. Ia menuturkan bahwa orang yang makan di waktu tengah malam cenderung memilih makanan rendah nutrisi dan tinggi kalori seperti junk food. Situasi tersebut tentu saja juga dapat meningkatkan risiko obesitas.

Tubuh memerlukan banyak nutrisi yang baik dan lengkap selama sahur. Ketika makanan tinggi kalori dan rendah nutrisi yang dikonsumsi, kualitas puasa yang dijalani akan berkurang akibat tubuh menjadi lebih lemas dan mengantuk di jam-jam produktif.

“Kalau sahurnya berkecukupan dengan gizi seimbang mungkin masih fine-fine aja, karena kan memang ada di beberapa negara yang puasanya sampai 18 jam kan puasanya,” kata dr Nuril.

“Tubuh kita nanti laparnya menjadi lebih panjang, jadi sel-sel kita yang seharusnya tidak dipecah jadi harus dipecah untuk dapat energi dan beraktivitas. Jadinya biasanya cadangan makanan kita cukup nih buat 12 jam, tapi karena puasanya jadi 18 jam jadi nggak cukup,” tandasnya.