Soal Patungan Kapal Selam, HNW Ingatkan Pemerintah Bijak Buat Anggaran

Jakarta

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengapresiasi semangat patriotik masyarakat Indonesia untuk membuat program patungan pembelian kapal selam. Program ini diinisiasi oleh Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta dan Ustaz Abdul Somad.

Menanggapi rencana itu, HNW juga meminta pemerintah agar bijak merespons dengan merealokasi APBN untuk program-program yang memang sangat urgent seperti pembaharuan Alutsista. Inisiatif pembelian kapal selam tersebut, katanya, sebagai respons konstruktif dari peristiwa tragis tenggelamnya KRI Nanggala 402, dan gugurnya 53 personel terbaik Angkatan Laut.

“Saya sangat mendukung inisiatif masyarakat membuat gerakan tersebut. Ini jadi seperti mengingatkan pada sejarah dulu, di mana umat Islam di Aceh patungan membantu Pemerintah Republik Indonesia, di awal kemerdekaan, untuk membeli pesawat pertama yang dimiliki pemerintah Indonesia,” ujar HNW dalam keterangannya, Rabu (28/4/2021).

“Inisiatif ini semestinya juga menjadi kritik dan pengingat bagi pemerintah agar lebih bijak dalam pembuatan anggaran, jangan sampai hal-hal yang sangat urgent seperti soal alutsista tidak diprioritaskan, sementara proyek-proyek yang tidak urgent malah didahulukan. Dengan adanya gerakan masyarakat itu, mestinya pemerintah segera melakukan realokasi APBN untuk Alutsista serta program mendesak lainnya,” imbuhnya.

HNW mengatakan ada berbagai kebijakan keuangan pemerintah yang cenderung tidak memenuhi aspek urgensi dan manfaatnya bagi bangsa dan negara. Sehingga dengan terjadinya gerakan patungan dari masyarakat tersebut mestinya pemerintah segera lakukan realokasi anggaran untuk berbagai program yang lebih urgent dan menjadi hajat rakyat, bangsa dan negara.

Ia mencontohkan anggaran pembangunan ibu kota negara yang memakan dana APBN hingga Rp 89 triliun. Padahal dengan masih berlangsungnya COVID-19 beserta dampaknya, juga terbatasnya APBN yang masih mengandalkan hutang LN, perpindahan ibu kota ia nilai tidak urgent untuk saat ini. Atau suntikan Rp 20 triliun untuk BPUI dalam menyelesaikan kasus Jiwasraya yang bermasalah karena korupsi.

“Anggaran semacam itu seharusnya direalokasi, selain untuk penanganan COVID-19 beserta dampak sosialnya, juga untuk membeli atau memperbaharui alutsista, seperti pembelian atau memproduksi sendiri kapal selam. Daripada menyuntikan Rp 20 triliun ke Jiwasraya yang dananya dikorupsi oleh pimpinannya sendiri, dan Rp 89 triliun untuk proyek IKN, lebih baik dipakai untuk membantu PT PAL agar dapat segera memproduksi kapal selam, yang setiap kapal selam produk PT PAL senilai Rp 1,5 triliun,” jelasnya.

HNW menuturkan rakyat yang sedang susah saja mau merealokasi anggaran mereka yang sedikit itu untuk membantu negara. Seharusnya negara dengan APBN yang ada juga bisa merealokasi anggarannya.

Menurutnya, jika separuh saja dana APBN untuk proyek IKN sebesar Rp 89 triliun dan suntikan APBN untuk Jiwasraya sebesar Rp 20 triliun yang direalokasi untuk peremajaan Alutsista, maka Indonesia bisa membeli sejumlah kapal selam. Ditambah lagi dengan kapal perang atau kapal patroli laut lainnya untuk mengamankan teritori kedaulatan laut dan kekayaan laut Indonesia yang sudah diinformasikan kerap dibobol oleh kapal selam atau kapal perang asing maupun untuk menyelamatkan kekayaan laut Indonesia yang dicuri oleh nelayan asing.

“Itu jelas lebih urgent, lebih bermanfaat, dan bisa menyelamatkan marwah negara. Dan agar dengan demikian negara dapat melaksanakan kewajiban konstitusionalnya melindungi seluruh tumpah darah Indonesia. Kalau rakyat yang anggarannya sangat terbatas saja mau patungan dan dengan itu merealokasi anggaran belanja mereka yang cuma sedikit, maka harusnya pemerintah juga bisa merealokasi APBN-nya yang besar itu dari hal-hal yang tak urgent untuk direalokasi bagi program-program yang urgent seperti pembelian kapal selam dan alutsista lainnya,” pungkas HNW.

(akn/ega)

Terima kasih telah membaca artikel

Soal Patungan Kapal Selam, HNW Ingatkan Pemerintah Bijak Buat Anggaran