Ribuan Ulat Serbu Pesisir Demak Dinilai Gegara Maraknya Perburuan Burung

Demak – Ribuan ulat dari mangrove menyerbu permukiman warga di Desa Sidogemah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah pekan lalu. Serangan ulat ini ditengarai gara-gara maraknya perburuan burung di kawasan sekitar mangrove.
“Perburuan burung disinyalir menjadi salah satu pemicu serbuan ulat ini. Program pelarangan penangkapan burung-burung pemakan ulat kini mulai diusulkan menjadi program bersama berbagai instansi dan pihak terkait, di samping program perlindungan dan restorasi ekosistem mangrove,” kata Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Yayasan Lahan Basah (YLBA) wilayah program Demak, Eko Budi Priyanto dalam rilis yang diterima detikcom, Selasa (16/3/2021).
Eko menyebut serbuan ulat-ulat itu diduga karena terganggunya ekosistem di sekitar hutan mangrove di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Salah satunya hilangnya burung sebagai musuh alami ulat.
“Satu warga Bedono mengakui bahwa burung-burung pleci sering sekali ditangkapi di sana (hutan mangrove) menggunakan perekat,” ujar Eko.
Tak hanya itu, Eko menyebut ledakan populasi (outbreak) hama biasa terjadi saat predator alami hilang. Selain itu, tidak menutup kemungkinan ada kerusakan mangrove yang disebabkan toksin yang dikeluarkan hama tersebut.
“Semua pihak sepakat bahwa diperlukan kajian lebih lanjut mengenai serbuan ulat beserta panduan penanganannya. Sehingga, bila terjadi kasus serupa di lokasi lain, dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya secara tepat,” terang Eko.
Di sisi lain, Eko mengatakan tim gabungan mencoba menangani serbuan ulat itu dengan percobaan obat semprot. Timnya meracik pestisida dari bahan yang mudah ditemui di rumah penduduk.
“Tim gabungan menggunakan sabun pencuci piring yang dicampur dengan minyak goreng dan air laut untuk dijadikan obat penyemprot ulat-ulat yang menyerang hutan mangrove dan juga permukiman warga. Penyemprotan dengan menggunakan campuran yang diracik sendiri ini ternyata lebih efektif untuk menanggulangi serbuan ribuan ulat-ulat itu dibanding campuran dan pestisida lain,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, fenomena ulat berbulu menyerbu permukiman warga di Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung, Demak, pada Selasa (9/3). Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT)/Pengamat Hama Penyakit (PHP) Dinas Pertanian dan Pangan Demak, Mundi Marsono, mengatakan ulat itu berasal dari pohon mangrove jenis brayo yang ditanam di sekitar rumah warga.
Dia menyebut ribuan ulat tersebut berdampak terhadap lingkungan dengan jarak sekitar 500 meter, kemudian sekitar 100-200 pohon mangrove jenis brayo yang masih kecil. Berdasarkan cirinya merupakan ulat tanah (agrotis ipsilon). Lebih lanjut dia menyebut ulat tersebut merupakan famili dari spodoptera, seperti ulat grayak namun beda spesies.
“Kemungkinan migran artinya pendatang baru, yang kemarin itu banyak angin barat, kemungkinan dia pendatang di situ, migran, dan bertelur menetas tanpa pengendali. Baik secara alami maupun campur tangan manusia. Sehingga di situ berkembang, artinya populasi tak terkendali. Memakan apa adanya yang ada di situ khususnya daun brayo, sehingga menjadi besar,” terang Mundi Marsono, saat dihubungi detikcom melalui telepon, Selasa (9/3). (ams/mbr)