Rafah, Israel, dan Politik Apartheid

Jakarta

Media sedang dihebohkan dengan menyebar luasnya sebuah gambar yang dibuat dengan Artificial Intelligence bertuliskan “All Eyes On Rafah”. Sebuah slogan yang amat penuh dengan pertanyaan, ada apa dengan Rafah? Kenapa semua mata tertuju ke Rafah?

Rafah merupakan zona aman yang disepakati oleh berbagai negara sebagai zona aman bagi para rakyat sipil Palestina. Gempuran Israel yang kian membabi buta, banyak menghancurkan kamp pengungsian serta wilayah-wilayah Palestina. Karena itu, Rafah yang berlokasi di perbatasan Mesir-Palestina, dijadikan sebagai lokasi bagi puluhan ribu jiwa rakyat sipil mengungsi dan meneruskan hidup.

Sayangnya, baru-baru ini Israel telah berhasil menguasai Rafah yang menyebabkan wilayah ini sudah tidak aman lagi sebagai zona pengungsian. Bahkan, beberapa hari yang lalu, Israel menyerang wilayah kamp pengungsian di Rafah, menyebabkan banyak rakyat sipil yang meninggal dunia. Pasalnya, berdasarkan berita yang beredar dalam media sosial, Netanyahu selalu Perdana Menteri mengatakan jika hal tersebut adalah sebuah kesalahan. Namun, apakah benar itu sebuah kesalahan? Ataukah kesengajaan?

Konflik Rasial

Pada dasarnya jika kita amati, secara praktik perang yang dilakukan oleh Israel ini mirip dengan yang dilakukan pemerintah Myanmar; unsur konflik rasial menjadi warna paling mencolok dari perang tersebut. Apa yang dilakukan Myanmar terhadap etnis Rohingya dan apa yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina merupakan politik apartheid yang melanggengkan rasisme. Karena sikap ketidaksukaan Israel terhadap Palestina sudah merupakan penggambaran yang sama dengan apa yang terjadi pada beberapa dekade ke belakang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Politik apartheid adalah suatu diskriminasi rasial yang berasal dari kebijakan negara. Biasanya bentuknya sangat tersistematis, dapat dilihat dari indikasi yang dilakukan Israel terhadap Palestina di mana warga sipil kerap jadi sasaran terutama anak-anak dan wanita. Dari total keseluruhan yang kini mencapai 33.000 ada 72% merupakan anak-anak dan wanita. Artinya, ada total 23.760 korban yang merupakan kalangan anak-anak dan wanita. Di sini, terindikasi sebuah genosida yang merupakan kejahatan kemanusiaan.

Penyebab genosida ini pun, jika dilihat ialah efek dari politik apartheid, di mana diskriminasi rasial telah menjadi sebuah tanda alasan bagi mengapa banyak dari kalangan anak-anak dan wanita yang menjadi korban. Sebab, kalangan inilah yang nantinya akan melahirkan generasi Palestina berikutnya, dengan banyaknya korban dari kalangan ini, maka secara tak langsung, Israel telah melakukan pembersihan ras.


ADVERTISEMENT

Terapan politik apartheid ini pun sudah banyak dituding oleh para organisasi HAM dunia kepada Israel. Sebab, apa yang terjadi di Israel ialah kebijakan-kebijakan yang standar ganda, meski sistemnya demokrasi tetapi itu hanya berlaku bagi rakyat Israel yang beragama Yahudi. Oleh karena itu, apakah Israel benar-benar berperang? Atau pembersihan ras?

Insan Mutaqin Nasid mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

(mmu/mmu)

Terima kasih telah membaca artikel

Rafah, Israel, dan Politik Apartheid