Shopee Affiliates Program

Perjuangan Aipda Azwin Bangun Kemandirian Teman Tuli di Lombok

Jakarta

Aipda Lalu Azwin dikenal masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sebagai sosok yang peduli terhadap teman tuli. Bersama sejumlah rekannya, membangun wadah melalui yayasannya untuk memfasilitasi teman tuli untuk berkreasi.

Teman tuli diajarkan membangun kemandirian ekonomi hingga berkesenian. Yayasan tersebut telah berjalan selama setahun, dengan program jangka panjang membuat sebuah komunitas mandiri bernama ‘Kampung Tuli.’

Hal itu yang membuat anggota Humas Polda NTB itu diusulkan masyarakat sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2023 melalui formulir online http://dtk.id/hoegengawards2023. Salah satu pengusulnya adalah Pramita Irma Aryani, yang telah mengenal Aipda Azwin sejak tahun 2016 silam.


“Untuk kegiatan teman tuli itu memang dia memfasilitasi. Jadi keluarganya itu ada yang punya seperti yayasan yang sudah nggak terpakai, jadi memfasilitasi di sana. Termasuk mendatangkan guru-gurunya juga,” kata Pramita saat dihubungi detikcom, Rabu (12/4/2023).

Teman tuli, lanjut Pramita, diajarkan membuat kue dan aneka camilan ringan. Hal itu tak lain dilakukan agar teman tuli bisa mandiri secara ekonomi.

Selain itu, Aipda Azwin melalui yayasannya, juga mengajarkan teman tuli bermusik. Digunakan metode khusus agar para teman tuli bisa mengerti musik.

“Itu berjalan alhamdulillah sampai terakhir kali kemarin programnya masih berjalan,” terangnya.

Pramita sendiri pernah terlibat dalam kegiatan di yayasan yang terletak di Kelurahan Ampenan Utara, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, itu. Dia turut membantu penggalangan dana dalam sebuah pentas seni yang diadakan teman tuli dari yayasan itu.

“Saya memang tergerak kalau untuk urusan sosial seperti itu,” imbuhnya.

Teman tuli yang difasilitasi Aipda Azwin terdiri dari beragam usia, mulai anak-anak hingga dewasa. Pramita mengatakan bagi yang ingin belajar di sana, silakan untuk langsung datang.

“Mohon maaf selama ini kan teman-teman tuli banyak menunggu uluran tangan. Jadi program dia setahu saya pinginnya teman-teman tuli ini mandiri ke depannya,” ungkapnya.

Teman tuli yang diwadahi oleh Aipda Lalu Azwin Foto: dok. istimewa

Cerita Pengajar Kesenian Teman Tuli

Salah satu pengajar kesenian musik untuk teman tuli di yayasan itu, Kholis, mengatakan bahwa musik merupakan hal yang juga bisa dirasakan oleh teman tuli. Dia merupakan rekan berdiskusi Aipda Azwin terkait bagaimana cara membuat teman tuli mandiri.

Kholis merupakan salah satu yang memberi tahu cara teman tuli menerima musik. Dia menjelaskan bagaimana musik bisa dirasakan oleh para teman tuli.

“Jadi saya katakan dengan Azwin bahwa musik itu tidak hanya bersifat mendengar, tapi bersifat vibrasi atau getaran. Nah getaran itu bergantung pada desibel. Jadi kita menggunakan metode sonik untuk mentransfer materi kepada mereka. Yang mereka nikmati itu sensasi getar karena frekuensi musik itu sendiri yang mereka coba tangkap,” tutur Kholis.

Dia bersama Aipda Azwin sepakat bahwa teman tuli bukan kelompok marjinal. Sehingga tidak perlu rasa belas kasihan dalam melihat mereka.

Hal itu lah yang menjadi semangat Aipda Azwin dan yayasannya untuk membuat teman tuli mandiri. Aipda Azwin ingin menciptakan ruang inklusif di sana.

“Cuma kita coba sekarang bergerak ke arah inklusif. Memang hari ini fokus perhatian kami pada teman-teman yang inklusif. Kalau kita mau nunggu, kapan lagi, kita mulai aja,” terangnya.

Kholis sendiri ikut bergabung di yayasan milik Aipda Azwin itu sejak tahun 2022. Dia dan Aipda Azwin merasa resah terhadap sejumlah pihak yang menjadikan teman tuli sebagai komodifikasi.

“Saya tidak menuding, tapi mau sampai kapan mereka mau dibilang kasihan. Kalaupun mau memberi atensi, mari membuat mereka bisa berdiri tegak kalau hemat kami,” ujarnya.

Teman tuli yang aktif di yayasan itu berasal dari Lombok. Namun, mereka memiliki jaringan sesama teman tuli hingga ke Pulau Sumbawa.

Selain itu, Kholis juga mengatakan yayasan milik Aipda Azwin juga mengajari teman tuli mengaji. Mereka diajarkan membaca AL-Qur’an dengan bahasa isyarat.

Kholis sendiri menyebut Aipda Azwin sangat aktif di yayasan itu. Meski Aipda Azwin sebagai pemilik yayasan, namun dia tetap turun langsung berlatih bersama teman tuli.

“Jadi mereka untuk saat ini Al-Fatihah dan surat-surat pendek lumayan,” ungkapnya.

Berawal dari Tak Meratanya Distribusi Informasi

Aipda Azwin bercerita awal mula dia membangun upaya membuat teman tuli mandiri. Dia merasa resah dengan informasi yang sulit diakses teman tuli. Padahal, lanjutnya, saat ini informasi sudah bisa dengan mudah didapatkan.

Dia juga merasa resah karena banyak slogan-slogan tentang inklusifitas. Namun ternyata, praktiknya tidak menunjukkan hal tersebut.

“Karena saya dekat dengan beberapa teman tuli yang memang sering ke rumah beberapa kali untuk membuat event tertentu, kenapa tidak kita pikirkan yang berkelanjutan saja,” beber Aipda Azwin.

Aipda Azwin juga merasa resah karena teman tuli tidak mendengar suara orang mengaji membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Maka dia memutuskan untuk membuat pelajaran tentang mengaji isyarat.

Dia menyebut tidak turut langsung mengajar. Beberapa teman-temannya ikut membantu, sehingga beberapa program kemandirian teman tuli tersebut bisa berjalan hingga saat ini.

“Karena banyak juga teman-teman yang memang mereka dari latar belakang ngaji isyarat gitu. Ya sudah kita kumpulkan saja, yang penting asik saja jalan dulu,” ucapnya.

Berkembang hingga Pentas Musik

Lambat laun, Aipda Azwin bersama rekannya terpikir untuk membantu teman tuli mengenal musik. Dia sadar bahwa hal itu tidaklah mudah.

Namun, dia tetap berusaha menyusun skema musik yang bisa dimainkan oleh teman tuli. Hingga saat pertama Aipda Azwin mengenalkannya kepada teman tuli, mereka merasa antusias untuk ikut.

“Begitu kita sampaikan ke teman-teman tuli, mereka antusias untuk itu, jadi ya kita mulai saja. Intinya sebenarnya komunitas itu dibawa asik saja yang penting jalan, selama mereka menikmati itu,” terangnya.

Untuk dana operasional yayasan itu, Aipa Azwin mengeluarkan uang pribadinya. Dia juga mendapat bantuan dari rekan-rekannya, serta sejumlah pihak yang berdonasi. Utamanya, dia hendak membuat para teman tuli untuk percaya diri tampil di depan umum.

Sebab menurutnya, tidak sedikit dari mereka yang tidak percaya diri. Dia memilih kesenian musik perkusi sebagai media membangkitkan kepercayaan diri teman tuli.

“Kemudian kita naikkan levelnya ke mempertunjukkan kemampuan ke keluarga mereka. Keluarga mereka kan support system sebenarnya. Begitu keluarganya melihat bahwa teman-teman tuli ini bisa, di situ kita ya menunjukkan untuk support systemnya agar mereka juga tidak dipandang sebelah mata,” imbuhnya.

Pentas seni musik teman tuli pertama kali digelar pada bulan Januari kemarin dengan tema ‘Riuh dalam Sunyi.’ Pertunjukan berjalan dengan lancar.

“Alhamdulillah lancar, saya juga tidak menyangka mereka juga cukup mahir memainkan alat-alat musik itu walaupun dibantu secara visual,” tuturnya.

Rencana Bangun Kampung Tuli

Saat ini, sudah ada sekitar 70 teman tuli yang aktif mengikuti kegiatan di yayasan milik Aipda Azwin. Melalui yayasannya itu, Aipda Azwin memiliki tujuan jangka panjang membangun sebuah wadah bertajuk ‘Kampung Tuli.’

Rencana itu terbersit di benaknya karena pada suatu ketika, dia bertanya kepada para teman tuli apakah mereka memiliki cita-cita kuliah dan bekerja. Namun, Aipda Azwin mendapat jawaban yang dirasa kurang menyenangkan.

“Saya tanya ke mereka bahwa mereka punya cita-cita kuliah, mereka nggak ada yang angkat tangan. Cita-cita bekerja, ada yang angkat tangan tapi hanya beberapa dua tiga orang. Saya tanya bekerja dimana, katanya bekerja jadi Pak Ogah yang ngatur lalu lintas. Hanya itu bayangan mereka tentang bayangan masa depan. Lainnya tidak punya sama sekali gambaran tentang masa depan,” sebutnya.

Dari situ, semangat Aipda Azwin untuk membuat teman tuli menjadi mandiri muncul. Dia membuat tiga bidang pembelajaran di yayasan itu.

“Ada tiga bidang, kesenian, ekonomi, dan pelatihan. Itu digarap sama mereka, kepala kampung mereka. Artinya saya sebenarnya tidak berperan banyak di situ, mereka-mereka lah yang berperan,” ungkapnya.

Aipda Azwin berharap nantinya, teman tuli sudah tidak membutuhkannya lagi. Sebab, mereka sudah bisa mandiri dalam menghidupi.

“Mereka sendiri lah, harus mandiri. Karena tujuan kita adalah untuk kemandirian dan kesetaraan,” tegasnya.

Kegiatannya di yayasan itu, tak mengganggu kewajibanya di Polri. Dia tetap memprioritaskan dirinya sebagai anggota Polri.

“Nggak boleh mengganggu tugas sebagai Polri, karena Polri tidak mau dimadu dia,” selorohnya.

(rdh/fas)

Terima kasih telah membaca artikel

Perjuangan Aipda Azwin Bangun Kemandirian Teman Tuli di Lombok