Perjanjian Batutulis PDIP Dukung Prabowo Bisa Jadi Sejarah Tertulis

Jakarta –
Peluang Menteri Pertahanan Prabowo Subianto maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 diusung PDIP kembali terbuka. Pasalnya, hubungan Prabowo dengan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri, hingga kini masih berjalan baik.
Terbukanya kembali peluang Gerindra mengusung Prabowo dan berkoalisi dengan PDIP dalam Pilpres 2024 mengingatkan publik pada Perjanjian Batutulis. Kala itu, Megawati berjanji bakal mengusung Prabowo dalam Pilpres 2014.
PDIP dan Gerindra pernah berkoalisi pada 2009. Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum PDIP Megawati Sukarnoputri pernah berduet di Pilpres 2009.
Namun kala itu pasangan yang dikenal dengan tagline ‘Mega Pro’ ini hanya meraih 26,79 persen suara. Masih mengungguli duet Jusuf Kalla-Wiranto (12,41%), tapi harus mengakui kemenangan telak Susilo Bambang Yudhoyono, yang mengamankan masa jabatan keduanya dengan satu putaran setelah mengantongi 60,80% suara.
PDIP-Gerindra masih terus bersama. Yakni ketika Prabowo mendukung penuh Basuki Tjahja Purnama (Ahok) berpasangan dengan Jokowi untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2012. Prabowo bahkan rela turun gunung mau menemani Jokowi-Ahok untuk mendaftarkan diri menjadi cagub-cawagub DKI Jakarta. Jokowi-Ahok akhirnya menang.
Mendekati Pilpres 2014, drama kekalahan di masa lalu mulai terungkap. Sejumlah elite PDIP menyebut kekalahan Mega-Prabowo kala itu lantaran ketum Gerindra tersebut tak mau mengeluarkan logistik, meski kekayaannya kala itu hampir Rp 2 triliun. Pernyataan ini terlontar kala itu karena Gerindra menagih komitmen Megawati mendukung Prabowo di Pilpres 2014 yang ternyata diingkari.
Perjanjian Batu Tulis Disepakati
Mega dan Prabowo menandatangani perjanjian sebelum keduanya resmi maju di Pilpres 2009. Naskah yang dirumuskan di Batu Tulis, Bogor, itu berisi kesepakatan dua pihak, yakni Megawati dan Prabowo. Dalam kesepakatan ini, Prabowo meminta agar diberi keleluasaan mengatur ekonomi Indonesia dan menunjuk 10 orang menteri terkait.
Sedangkan Megawati juga menyatakan bahwa akan mendukung pencapresan Prabowo di Pilpres 2014 ini. Alih-alih mendukung Prabowo, Megawati justru mengusung Jokowi, yang saat itu popularitasnya sedang moncer. Hubungan PDIP-Gerindra pun merenggang, apalagi setelah Jokowi terpilih menjadi presiden. Gerindra bersama PKS pun jadi ‘sahabat’ oposisi, bahkan keduanya selalu mengagungkan diri sebagai koalisi permanen.