
Pakar Medis Kecam Pemberian Obat yang Belum Terbukti ke Trump

Jakarta –
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah dipindahkan ke rumah sakit militer Walter Reed usai dinyatakan positif terinfeksi virus Corona. Dokter Gedung Putih, Sean Conley menyatakan bahwa saat masih diisolasi di Gedung Putih, Trump (74) menerima satu dosis obat antibodi Regeneron, yang masih eksperimental dan belum terbukti.
Keputusan tim medis Trump untuk memberikan obat yang belum terbukti itu, menuai reaksi keras sejumlah pakar medis. Diketahui bahwa pengobatan tersebut sedang menjalani uji klinis tetapi belum menerima persetujuan regulasi dalam bentuk apa pun.
“Kita seharusnya tidak memberikan obat ini kepada presiden sampai terbukti berhasil,” demikian cuitan dokter pengobatan darurat Jeremy Faust, instruktur di Rumah Sakit Brigham dan Wanita di Boston, seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (3/10/2020).
“Ini adalah sains yang buruk, pengobatan yang buruk, dan etika yang buruk untuk memberikan hal-hal yang tidak terbukti kepada orang-orang yang kuat yang tidak Anda berikan kepada orang-orang biasa,” cetus Vinay Prasad, seorang profesor kedokteran di Universitas California San Francisco.
Tetapi Leonard Schleifer, CEO Regeneron, mengatakan kepada New York Times: “Yang dapat kami katakan adalah bahwa mereka meminta untuk dapat menggunakannya, dan kami dengan senang hati memenuhinya.”
Trump akan menghabiskan waktu selama beberapa hari mendatang di rumah sakit militer Walter Reed di luar Washington guna menjalani perawatan untuk COVID-19.
Pengumuman tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang tingkat keparahan penyakit presiden, setelah kepala stafnya sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa Trump hanya memiliki gejala ringan.
(ita/ita)
Pakar Medis Kecam Pemberian Obat yang Belum Terbukti ke Trump
