Mencintai Bahasa Indonesia Lewat Hal Receh

Jakarta

Judul: Recehan Bahasa; Penulis: Ivan Lanin; Penerbit: Qanita, 2020; Tebal: 130 halamanBukankah sering seseorang jatuh cinta karena hal-hal kecil yang dilakukan orang lain? Hanya karena diingatkan makan, atau dibelikan makanan favorit, seseorang bisa jatuh cinta. Nah, begitulah usaha yang dilakukan Ivan Lanin, membuat warganet jatuh cinta pada bahasa Indonesia melalui Recehan Bahasa.

Nama Ivan Lanin tentu sudah tak asing lagi bagi para pencinta bahasa Indonesia. Sejak tahun 2006, alumnus ITB ini aktif menggelorakan semangat berbahasa Indonesia yang baik dan benar via media sosial, khususnya Twitter.

Hingga kini, jumlah pengikut di akun Twitter @ivanlanin telah lebih dari 755 ribu. Ini bukan jumlah yang sedikit mengingat sebenarnya Ivan Lanin hanya fokus membahas bahasa Indonesia. Angka tersebut dapat menjadi indikator bahwa saat ini semakin banyak masyarakat Indonesia yang tertarik mempelajari bahasa nasionalnya. Media sosial pun menjadi pilihan masyarakat untuk mencari tahu tentang bahasa.

Namun, keriuhan media sosial kadang bisa membuat masyarakat yang baru belajar kebingungan mencari tahu mana benar dan salah, mana yang tepat dan kurang tepat. Oleh karena itu, adanya buku praktis yang merangkum bahasan tersebut dan dapat memandu masyarakat memahami bahasa Indonesia dengan mudah sangat diperlukan.


Recehan Bahasa
, buku setebal 130-an halaman ini berisi hal-hal yang biasanya dianggap trivial, tetapi banyak beredar di jagat maya, juga dunia nyata. Contohnya, pembahasan tentang kata “meme”. Bagaimana pengucapan yang benar? Dari mana asal kata tersebut? Mungkin tak banyak orang yang tahu. Bahkan orang yang sering menggunakan kata itu pun belum tentu tahu.

Ada juga pembahasan asal-muasal kata “kepo” plus sinonimnya, kemudian tentang pola suku kata, dan kata terpopuler di dunia maya. Walaupun tampak sepele, pembahasan ini menjadi unik dan jelas menambah wawasan tentang kebahasaan.

Topik yang paling menarik bagi saya adalah tentang padanan kata asing dalam bahasa Indonesia. Ada banyak padanan kata yang dimunculkan di buku ini, di antaranya “penulis pegari” sebagai padanan dari emerging writers, dan “gelar wicara” sebagai padanan talk show. Ada yang bisa menebak padanan personal branding?

Padanan kata ini menjadi menarik dan penting karena selain menambah kosa kata, juga mengurangi penggunaan istilah asing yang sebenarnya memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Di sinilah Recehan Bahasa membuat banyak orang, terutama kaum milenial, saya rasa, jatuh cinta untuk kembali mempelajari bahasanya. Belum lagi pilihan materi yang disajikan sangat mutakhir dan banyak bersinggungan dengan keseharian warganet. Misalnya kata “ambyar” dan “sambat”.

Tak ketinggalan istilah asing yang berhubungan dengan pandemi saat ini seperti lockdown, social distancing, dan WFH juga dibahas dari sisi makna dan padanan katanya di buku ini.

Selain materi yang unik dan menyenangkan, buku ini juga memiliki visual yang menghibur. Berbeda dengan buku Ivan Lanin sebelumnya yang berjudul Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris, buku Recehan Bahasa dihiasi dengan banyak ilustrasi pendukung.

Pembahasan tiap poin di buku ini dibuat sangat ringkas dan sederhana. Warna tulisan dicetak biru, dan merah pada beberapa bagian, membuatnya semakin enak dibaca. Ditambah beberapa tangkapan layar (screenshoot) dari akun Twitter Ivan Lanin sendiri perihal bahasa. Sangat memikat, bukan?

Tata letak ini menjadi terobosan yang menarik. Pasalnya, buku-buku sejenis yang terbit beberapa tahun belakangan saya kira tidak seberani itu. Sebut saja Celetuk Bahasa, Remah-Remah Bahasa, serta Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira.

Desain tampilan Recehan Bahasa memang menyenangkan bagi siapa saja yang baru melek (lagi) untuk belajar bahasa Indonesia secara sukarela. Sebuah bacaan yang memanjakan mata sekaligus menumbuhkan kesan akrab dengan kaum milenial. Tetapi, bagi sebagian orang, tampilan tersebut mungkin bisa terasa berlebihan, terlalu “ramai” dan bahkan mengganggu.

Buku ini bisa habis dibaca dalam sekali duduk. Namun, untuk menerapkan ilmu di dalamnya tentu lain cerita. Yang terpenting, buku ini telah berhasil mengambil hati masyarakat luas. Buktinya, belum sampai satu bulan sejak terbit, buku ini sudah akan dicetak ulang. Dengan demikian, mungkin tujuan penulisan buku Recehan Bahasa ini bisa segera terwujud dalam waktu singkat.

(mmu/mmu)

Terima kasih telah membaca artikel

Mencintai Bahasa Indonesia Lewat Hal Receh