
Memburu Predator Kencan Online

“Namanya anak 14 tahun iseng, belum paham jahatnya dunia. Memang salah anak ini punya Tinder karena masih di bawah umur. Salah yang lain juga karena belum banyak info yang membahas bahaya online dating buat anak, remaja terutama,” tutur penggagas support group berbasis komunitas ‘perempuan tanpa stigma’ ini.
Pemerkosaan ini terjadi di indekos laki. Mereka takut nanti polisi akan tanya ‘loh kamu ngapain di kosannya? Dia pacar kamu. Yakin kamu diperkosa?’ Itu yang bikin heartbreaking. Hukum lebih berpihak ke pelaku daripada korban.”
Predator aplikasi online dating ini berkedok dengan menjalin status pacaran dengan korban. Padahal ada lebih dari satu perempuan yang juga ia perlakukan demikian. Status tersebut hanya alibi untuk memuluskan jalannya memperdaya mangsa. AS telah melakukan berbagai bentuk kekerasan seksual pada perempuan yang berbeda-beda pula.
“Ada yang dimintain foto nudes, diporotin duitnya, beli laptop Macbook, karena berpikir mereka pacaran. Sampai pemaksaan aborsi. ‘Gua mau keluar di dalem, tapi abis itu lu minum… (obat pencegah kehamilan-red),’” ungkap Poppy berdasarkan pengakuan korban. Ada begitu banyak perempuan yang terkena bujuk rayu AS.
AS sudah melancarkan aksinya sejak tahun 2014 hingga sekarang. Diketahui AS lebih banyak beraksi di aplikasi Tinder, Bumble, dan Coffee Meets Bagel. Ia rutin membuat akun baru dengan nama dan profil yang berbeda-beda. Dia memangsa dengan memuji kecantikan natural korban. Terutama alis dan juga payudara.
Lalu mengklaim kalau dia tahu kepribadian korban dan bahwa korban adalah seorang hypersex atau freak di tempat tidur. Lalu ia mulai minta foto selfie dan eskalasi ke foto seksi bahkan bugil. Dan memanipulasi untuk melakukan hubungan badan tanpa pelindung. “Pick up line yang dia pakai itu ‘alis kamu so gemas, deh, you have a winning natural eyebrow, kamu bisa mampir kapan pun, ah so gemas, mau liat kamu bareface no make up at all dong‘,” papar Poppy sesuai dengan pengakuan korban.
Sang predator cukup pintar menavigasi narasi sehingga para korbannya merasa kalau merekalah yang salah. Serangan berupa manipulasi dan gaslight dilancarkan sampai korban ini trauma dan memilih untuk diam dan tidak melapor. Pelaku bilang ke korban mereka pacarnya sehingga seolah konsensual. “Pemerkosaan ini terjadi di indekos laki. Mereka takut nanti polisi akan tanya ‘loh kamu ngapain di kosannya? Dia pacar kamu. Yakin kamu diperkosa?’ Itu yang bikin heartbreaking. Hukum lebih berpihak ke pelaku dari pada korban,” kata Poppy.
Memburu Predator Kencan Online
