Memaknai Esensi Budaya Sunda Lewat Pagelaran Seni Ritus Parahyangan

Bandung Barat

Alunan alat musik tradisional menggema dari Gedung BHHH2, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Iramanya diikuti sekelompok penari wanita dan pria berpakaian pangsi hitam menenteng hasil bumi masuk ke dalam gedung.

Rombongan yang terdiri dari belasan orang itu kemudian berlenggak-lenggok di depan penonton yang memenuhi setiap sudut gedung. Lampu utama gedung dimatikan, hanya sorot lampu panggung berwarna merah, kuning, dan hijau yang menyala memberikan kesan sakral pagelaran kesenian tersebut.

Para penari wanita kemudian mulai beraksi. Berlenggak lenggok sambil menyunggingkan senyum. Kemudian giliran penari pria yang rautnya lebih kalem, tanpa ekspresi namun menunjukkan bahwa mereka sangat menikmati setiap gerakan.

Seorang sinden melantunkan tembang berbahasa Sunda mengiringi tarian para penari. Di sudut lainnya, ada pertunjukan dari segelintir orang yang tengah menempa senjata dalam tungku api dengan bara menyala.

Pagelaran Seni Ritus Parahyangan di Bandung Barat. Foto: Whisnu Pradana

Rangkaian kesenian yang disuguhkan pada malam itu merupakan Pagelaran Seni Ritus Parahyangan yang bisa dimaknakan sebagai cara para penghayat kepercayaan dalam mengungkapkan terima kasih pada alam semesta atas pemberian keberkahan yang melimpah ruah.

“Masyarakat penghayat itu sangat erat dengan ritus. Mengungkapkan terima kasih kepada alam semesta bagi masyarakat penghayat itu kan diungkapkan dengan seni dan ritual,” ungkap ketua panitia Pagelaran Seni Ritus Parahyangan, Asep Setia Puja Negara kepada detikcom.

Ada juga pagelaran seni Rengkong, Tarawangsa, Sintren, Pencaksilat, dan kesenian sunda lainnya. Tak dinyana, suguhan itu ternyata menghibur penonton yang hadir lantaran pagelaran seperti itu sangat jarang digelar.

“Dengan acara ini harapannya masyarakat awam bisa sedikit terbuka dan memahami bahwa ritus itu tidak identik dengan klenik atau dengan hal mistis. Ini ungkapan persembahan pada karuhun dan leluhur kita semua,” ujar Asep yang juga menjabat Wakil Ketua Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Budidaya.

Pagelaran itu juga menjadi ajang memproklamirkan jika kehidupan sehari-hari masyarakat penghayat kepercayaan sangat erat dengan kearifan lokal.

“Maka sudah jadi kewajiban generasi muda untuk melestarikan budaya sunda khususnya kami sebagai orang sunda dan penghayat kepercayaan leluhur dan karuhun,” terang Asep.

Degradasi Nilai Budaya Sunda dalam Diri Generasi Muda

Pagelaran Seni Ritus Parahyangan yang baru pertama kali digelar ini banyak melibatkan generasi muda. Alasannya tentu karena keprihatinan terjadi degradasi nilai kesenian tradisional khususnya budaya sunda yang dimiliki generasi muda saat ini.

Misalnya banyak generasi muda yang sangat awam dengan tari tradisional sunda, kesenian tarawangsa, sintren, angklung buncis, dan bentuk kesenian lainnya. Tak bisa dinafikan lagi, hal itu bakal mengikis nilai bangga budaya sesepuh pada generasi muda.

“Prihatin bahwa generasi sekarang awam dengan budaya sunda. Padahal yang di Jawa Barat, dia lahir sebagai suku sunda tapi tidak mengerti kesenian apalagi budaya sunda. Mereka lebih tertarik dan mengenal budaya asing. Mungkin ini jadi PR kita semua untuk kembali memahami jati diri sunda,” ucap Asep.

Asep menyebut dari sudut pandang penghayat kepercayaan, esensi dari hidup yakni menjalani apa yang sudah menjadi kodratnya. Seseorang yang lahir di tanah pasundan, perlu memahami kodratnya sebagai suku sunda.

“Sunda itu punya budaya, sunda itu punya adat, sunda itu punya bahasa. Bagi penghayat itu salah satu kodrati yang harus dijalankan sebagai orang yang lahir di tanah sunda. Esensinya hidup itu kan menjalani apa yang menjadi kodratnya. Dan menyikapi generasi muda yang tak paham kodratnya sebagai suku sunda, itu jadi tanggungjawab semua,” jelas Asep.

Baginya, perlu peran pemerintah juga untuk bisa membantu memupuk rasa memiliki budaya sunda pada diri generasi muda. Meskipun sudah terasa, namun bisa dibilang masih jauh dari cukup.

“Sudah ada dan terasa tapi belum cukup. Hanya saja ada kemajuan dari pemerintah yang sebelumnya,” ujar Asep.

(mso/mso)

Terima kasih telah membaca artikel

Memaknai Esensi Budaya Sunda Lewat Pagelaran Seni Ritus Parahyangan