Larangan Tabuh Gong di Situ Cangkuang yang Jadi Misteri

Garut

Di balik keindahannya, Situ Cangkuang Garut ternyata ada misteri yang tersimpan di dalamnya. Ada beberapa misteri yang diyakini masyarakat setempat. Salah satunya larangan menabuh gong.

Kisah mitos itu didasari kepercayaan masyarakat setempat terhadap cerita Arif Muhammad, seorang penyebar agama Islam yang tersohor di kalangan masyarakat setempat.

Ada sebuah cerita yang beredar di masyarakat tentang kisah Arif Muhammad yang makamnya berada persis di sebelah Candi Cangkuang itu.

Dikisahkan pada zaman dahulu, anak laki-laki dari Arif Muhammad akan dikhitan. Sebelum dikhitan, anak diarak keliling kampung menggunakan jampana atau rumah-rumahan kecil oleh penduduk setempat dan para pengikut Arif sembari diiringi musik gamelan.

“Namun saat diarak datang malapetaka berupa angin topan besar dan membuat anak Arif Muhammad tersebut jatuh dan meninggal seketika,” ucap Zaki Munawar, pengelola Candi Cangkuang.

Sejak saat itu, masyarakat di Kampung Pulo, kampung yang berada di dalam kawasan Situ Cangkuang yang dihuni masyarakat adat dilarang untuk menabuh gong.

Larangan tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi malapetaka seperti yang menimpa anak Arif Muhammad tersebut. Gong yang tidak boleh ditabuh adalah gong berukuran besar yang terbuat dari perunggu.

“Sejak saat itu tidak ada lagi yang berani menabuh gong,” katanya.

Selain larangan menabuh gong, ada sejumlah larangan lain yang hingga kini masih dipercayai oleh masyarakat Situ Cangkuang.

Seperti tidak boleh berziarah pada hari Rabu dan tidak boleh menambah bangunan di Kampung Pulo yang jumlahnya ada 6. Selain itu, masyarakat juga selamanya harus membuat rumah dengan atap memanjang.

Selain itu, masyarakat setempat juga tidak ada yang berani memelihara hewan berkaki empat selain kucing.

“Alasannya karena Arif Muhammad tidak suka memelihara hewan yang memakan dedaunan. Jadi tidak ada yang memelihara hewan berkaki empat di sini, kecuali kucing,” ucap Zaki.

Terlepas dari semua hal tersebut, Situ Cangkuang adalah sebuah tempat wisata yang menjadi salah satu yang banyak dikunjungi wisatawan.

Terdapat candi yang dikelilingi danau berukuran sekitar 10 hektare. Selain Candi, yang menjadi daya tarik adalah rakit atau perahu kayu yang didorong manual menggunakan tongkat.

Wisatawan yang datang biasanya menyewa jasa rakit untuk mengelilingi lokasi candi.

Selain mantap untuk dijadikan tempat bersantai sambil rekreasi, tempat ini juga cocok dijadikan sebagai wahana wisata religi. Di Situ Cangkuang wisatawan bisa belajar toleransi.

Hal itu dilihat dari adanya makam Arif Muhammad yang merupakan penyebar agama Islam serta Candi Cangkuang yang merupakan bangunan buatan Hindu. Posisi makam Arif dan candi tepat berdampingan di sana.

(ern/ern)

Terima kasih telah membaca artikel

Larangan Tabuh Gong di Situ Cangkuang yang Jadi Misteri