KPA Dorong Adanya Fasilitas Pengobatan ODHA yang Ideal di Cirebon

Cirebon – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) mencatat total orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota Cirebon, Jawa Barat, hingga 2020 sebanyak 1.639 orang. Penambahan jumlah ODHA tertinggi terjadi pada 2020.
Sekretaris KPA Kota Cirebon Sri Maryati mengatakan meningkatnya penambahan ODHA baru pada 2020 merupakan hasil kerja keras yang dilakukannya bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM). KPA dan LSM terus melakukan pemeriksaan ke tempat-tempat yang berisiko tinggi terjadinya penularan HIV.
“Total hingga tahun kemarin 1.639 ODHA. Penambahan waktu pandemi, 2020 itu ada 324 ODHA. Mengapa banyan ditemukan ODHA baru? Karena teman-teman bekerja, mereka menemukan populasi kunci,” kata Sri Maryati kepada detikcom di Jalan Siliwangi Kota Cirebon, Jawa Barat, Senin (15/3/2021).
Sri Maryati mengaku penambahan ODHA baru tertinggi terjadi pada 2020 dalam sepuluh tahun terakhir. Ia mengatakan pada 2019 penambahan ODHA baru mencapai 189, 2018 mencapai 65 ODHA baru, 2017 menemukan 91 ODHA, dan 2016 mencapai 132 ODHA baru yang ditemukan.
“Dari 2011 hingga 2020 itu, tertinggi tahun 2020. Selebihnya di angka seratus, dan terendah pada 2011 dan 2012, yakni 35 dan 32 ODHA penambahannya,” kata Sri Maryati.
Sri Maryati mengatakan pihaknya bersama Pemkot Cirebon akan terus berupaya untuk menemukan ODHA baru di tempat-tempat yang berisiko. Semakin banyak ditemukannya ODHA atau kasus baru, dikatakan Sri Maryati, maka akan memudahkan pemerintah untuk menerbitkan kebijakan dalam menangani HIV/AIDS.
“Mudah-mudahan 2030 tidak ada kasus baru. Kalau tidak ditemukan tentunya akan tidak sejalan dengan program penanggulangan,” kata Sri Maryati.
Lebih lanjut, Sri Maryati mengatakan saat ini ada empat fasilitas pelayanan kesehatan yang menangani pengobatan ODHA di Kota Cirebon. Salah satu yang menjadi rujukan adalah Klinik Seroja di RSD Gunung Jati Cirebon.
Sri Maryati berharap Pemkot Cirebon dan RSD Gunung Jati merenovasi ruangan tunggu dan konseling di Klinik Seroja agar ideal. “Klinik yang saat ini ada belum dianggap representatif. Padahal, menjadi rujukan semua rumah sakit yang ada. Ya ruangan konseling harusnya kedap suara, kemudian ruang tunggu yang tertutup. Ini yang penting, minimalnya bisa menuju ideal,” kata Sri Maryati.
Sementara itu, Direktur Utama RSD Gunung Jati Cirebon Ismail Jamalludin mengatakan pengoptimalan pelayanan bagi ODHA sejatinya sudah tertuang dalam master plan pembangunan IGD yang baru. “Karena tahun ini ada refocusing jadi tidak bisa dilakukan. Gedung IGD yang baru ini hanya lantai satu yang bisa digunakan, sisanya belum siap karena alat tidak mendukung,” kata Ismail.
Kendati demikian, Ismail mengatakan untuk ruang tunggu dan konseling pelayanan ODHA sejatinya bisa dilakukan dalam waktu dekat. “Kalau sementara bisa, minimalnya ruangannya kedap suara dan tertutup untuk ruang tunggu. Tapi kalau untuk ideal kita butuh waktu,” kata Ismail. (mud/mud)