Kontrasepsi: Berat Beban ke Perempuan

Di sisi lain, Hasto tidak menampik obat-obatan itu memiliki efek samping pada tubuh perempuan. Walaupun demikian, ia mengklaim dampak yang ditimbulkan tidak fatal. Beberapa efek samping, seperti naiknya berat badan, berasal dari obat yang mengandung estrogen. Menurutnya, para pengguna dapat langsung berkonsultasi dengan dokter terkait hal itu.
“Kalau misalkan ada orang yang umurnya sudah 40 tahun ke atas atau 45 tahun ke atas ada penyakit, misalkan kencing manis atau tekanan darah tinggi sekali, bidan itu tahu, oh ini orangnya tensinya tinggi sekali, pasti bidan atau dokter tidak akan memberikan obat yang, katakanlah seperti, obat hormon yang membuat tensinya naik itu. Atau orang kencing manis gulanya tinggi sekali dan seterusnya, itu sudah ada protapnya, ada skriningnya, dan ada petunjuknya di lapangan,” ucapnya.
Menurut Hasto, BKKBN dalam dua tahun ini terus mendorong peningkatan partisipasi laki-laki dalam program sterilisasi atau vasektomi. Untuk mempercepat keikutsertaan, program vasektomi digratiskan di seluruh Indonesia. BKKBN juga memberi uang santunan sebesar Rp 300 ribu kepada siapa pun yang melakukan vasektomi. Di beberapa daerah, jumlah itu biasanya ditambah hingga Rp 1 juta.
Peneliti dan ahli kandungan sekaligus guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Budi Wiweko mengatakan memang dahulu obat-obatan untuk kontrasepsi memiliki efek yang sangat kuat. Kondisi itu mengakibatkan adanya efek samping, seperti pusing, pendarahan, dan darah tinggi.
“Dulu hormon estrogen tinggi, 100 mikrogram dan seterusnya. Sekarang dosis sudah sangat rendah, jadi 50, bahkan sekarang 20 mikrogram. Dosisnya sangat-sangat rendah. Itu hormon sintetik yang masih bisa bikin keluhan pusing atau mual, maka sekarang keluarlah pil kontrasepsi yang isinya hormon alami. Tujuannya supaya menurunkan efek samping,” kata Budi kepada detikX.
Ia menjelaskan dahulu obat-obatan yang ada juga dapat memicu kenaikan berat badan. Adapun alat spiral yang dipasang dahulu lebih besar ukurannya sehingga mengakibatkan gangguan dan sakit saat menstruasi. Saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi dan riset-riset terbaru, efek samping itu dapat ditekan seminimal mungkin serta alat kontrasepsi yang dipasang juga memiliki ukuran yang lebih kecil.
Sementara itu, kontrasepsi bagi laki-laki, menurutnya, masih terbatas kondom dan vasektomi. “Masih dalam konteks penelitian. Adalah berbagai macam jenis kontrasepsi, terutama kontrasepsi hormonal suntik yang menghambat pembentukan sperma. Ini masih terus dikembangkan penelitiannya, masih belum di-publish. Mudah-mudahan ke depan ini berkembang dengan baik ya karena memang ternyata menghambat produksi sperma itu tidak semudah menghambat pemakan sel telur,” papar laki-laki yang kerap disapa Iko tersebut.