Hidup Mati Eks Tentara Jepang di Indonesia

Setelah disetujui, mereka diberi pakaian baru, makanan, dan diubah identitasnya. Yang Chil Seong menjadi Komarudin, Guk Jae Man menjadi Subarjo, Lee Gil Dong menjadi Umar, dan Woo Jong Soo menjadi Adiwirio. Sementara eks tentara asli orang Jepang, yaitu Masahiro Aoki menjadi Abu Bakar, Kawakami menjadi Slamet, Ohira menjadi Hidayat dan Katsuo Kasegawa menjadi Usman.

Walau Yang Chil Seong (Komarudin) bekas penjaga tahanan perang, tapi ternyata ia memiliki kemampuan tempur yang mumpuni. Karenanya, ia diserahi tugas Regu Putih (khusus mengurusi sabotase) dan ahli merakit bom laskar PPP. Yang Chil Soeng lihai memasang bom pada perut bagian bawah domba atau kambing. Hewan itu digiring ke arah markas sekutu atau Belanda untuk diledakkan.

Begitu pula ia mahir membuat bom rakitan untuk menghancurkan sejumlah jembatan yang dilewati tentara musuh. Yang Chil Seong pun piawai dalam menebar teror kepada tentara musuh. Ia memanfaatkan wabah pes yang sedang melanda Indonesia kala itu. Ia bersama regunya mengumpulkan bangkai tikus berkarung-karung dan dilemparkan ke markas musuh. Musuh pun kocar-kacir karena takut tertular penyakit pes.

Setelah tiga tahun, aksi Yang Chil Seong membela para pejuang Indonesia terhenti. Ketika beristirahat bersama regunya di sebuah pondokan di Gunung Dora, Garut disergap pasukan khusus Belanda. Sebagian pasukannya ada yang kabur dan mati ditembak. Sementara Yang Chil Seong, Usman Katsuo, Abu Bakar Aoki dan Letnan Juhana ditangkap.

Keempatnya dibawa ke Jakarta untuk disidangkan dalam Peradilan Militer akhir tahun 1949. Yang Chil Seong, Usman Katsuo dan Abu Bakar Masahiro Aoki dihukum mati. Sementara Juhana dihukum seumur hidup. Saat akan dieksekusi mati umur Yang Chil Seong baru 30 tahun dan meminta matanya tak ditutup.

Saat regu tembak disiapkan, wajah Yang Chil Seong tersenyum. Ia berteriak, “Merdeka…!” sebelum timah panas menembus jantungnya hingga mati. Kini, kuburan ketiga pejuang Indonesia asal Korea dan Jepang itu berada di TMP Tenjolaya, Garut. 

Eiichi Hayashi menyebutkan, dari data Yayasan Warga Persahabatan (YWP), setelah Perang Dunia II usai, tercatat sebanyak 903 orang bekas tentara Jepang ikut perang kemerdekaan RI. Dari jumlah itu, 288 orang (32 persen) hilang, 243 orang (27 persen) meninggal dunia dalam perang dan 45 orang (5 persen) kembali ke Jepang pada tahun 1950.

“Sisanya, 342 orang (36 persen) memilih tetap tinggal di Indonesia sebagai warga negara Indonesia (WNI),” terang Eiichi.

Terima kasih telah membaca artikel

Hidup Mati Eks Tentara Jepang di Indonesia