Fenomena Kohabitasi Kaum Urban Jakarta

Hati orang tua Sinta akhirnya luluh juga. Apalagi setelah melihat anaknya yang sudah dewasa dan bisa mandiri secara finansial. “Mereka okey aja karena melihat aku dan pacarku udah bisa bertanggung jawab dan secara ekonomi okey kalau ada apa-apa, misalkan sampai hamil pun nggak akan nyusahin orang tua,” tutur Sinta.

Terlepas dari latar belakang orang tua mereka berdua, Sinta dan pasangannya menjalankan kohabitasi karena keduanya menemukan keinginan yang sama. Mereka ingin menghabiskan waktu bersama lebih lama dan membutuhkan tempat tinggal yang dapat mengakomodasi keinginan mereka, yaitu murah dan tak jauh dari tempat kerja. Saat itu, Sinta tengah bekerja dan indekos di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Sedangkan pacarnya tinggal dengan orang tua di daerah Sunter, Jakarta Utara.

“Buat indekos aja sebulan aku harus bayar Rp 2,4 juta. Berapa banyak yang bisa dihemat kalau kita beli apartemen dan tinggal bareng,” katanya. Lagi pula, hingga kini Sinta dan pasangannya belum ada pikiran untuk menikah, apalagi punya anak.

Aku nggak mau asal kenal terus nikah. Kalau bisa aku mau kenal luar dalam dulu baru menikah.”

“Prioritas kita tinggal bareng, bukan nikahnya. Kita merasa menikah itu hanya komitmen yang dipamerkan. Sedangkan kita udah komitmen, yang tahu kita berdua aja nggak perlu orang lain tahu kita komitmen apa. Toh, sama aja. Kalau sudah menikah tetap bisa cerai. Mau pisah, ya, pisah aja, selingkuh juga selingkuh aja,” Kata Sinta.

Pernikahan beda agama yang ribet juga menjadi salah satu alasan yang membuat Sinta mengurungkan niat untuk menikah. Sinta yang merupakan pemeluk agama Kristen Protestan, sementara pacarnya beragama Katolik. Kecuali jika suatu saat Sinta dan pasangan menginginkan buah hati, barulah mereka bisa berubah pikiran.

“Kita, sihpengen nikah kalau misalkan ada calo yang bisa ngurusin semua keperluan, kita terima beres aja. Tapi aku juga nggak semau itu, sih,” ujar Sinta.

Kehidupan dan rutinitas Sinta dan pacarnya tak jauh berbeda dengan pasangan yang sudah menikah. Sebelum tinggal bersama, Sinta sudah menyepakati berbagai hal, termasuk urusan rumah tangga beserta keperluannya. Mereka sepakat membagi dua biaya untuk keperluan rumah tangga termasuk urusan makan. Kebiasaan ini sudah Sinta dan pacarnya terapkan sejak awal pacaran. Kebetulan mereka berdua punya penghasilan dengan jumlah yang hampir sama.

“Tinggal bareng sama pacar itu nggak seperti yang orang bayangkan. Isinya bukan enak-enak aja,” tutur Sinta.

Terima kasih telah membaca artikel

Fenomena Kohabitasi Kaum Urban Jakarta