Daya Magis ‘Ajian Pelet’ Marongge Sumedang di Era Digitalisasi

Smedang –
Sejumlah foto perempuan berparas cantik tergeletak di atas pusaran makam yang dikeramatkan, lengkap dengan taburan bunganya. Sementara botol-botol air berjejer di belakang kedua nisannya.
Para pengunjung datang silih berganti lalu duduk bersimpuh mengelilingi kuburan itu. Mereka kemudian mengutarakan maksud dan tujuan kepada sang juru kunci yang kelak akan membimbingnya dalam menjalankan ritual.
Beragam keinginan seperti sehat jasmani, sukses berkarir, jadi orang kaya, subur dalam bertani, dan permohonan lainnya terlontar dari mulut para pengunjung. Namun yang paling banyak adalah soal perjodohan.
Makam keramat Marongge paling terkenal dengan kekuatan asihan atau peletnya. Para pengunjung yang memiliki maksud tersebut biasanya menjalankan beberapa tahapan ritual, di antaranya mandi kembang, bertawasul, minum air doa, lalu mandi di aliran Sungai Cilutung Sumedang sambil melarungkan celana dalam yang dipakainya saat itu.
Makam keramat Marongge yang berada di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang ini, sudah terkenal dikalangan para peziarah. Bahkan menurut kabar, satu dua peziarah ada yang datang dari luar negeri.
Makam keramatnya sendiri terletak di dalam sebuah bangunan yang berada di tengah-tengah Tanah Pemakaman Umum (TPU) yang terbilang cukup tua di Marongge. Itu dapat terlihat dari bentuk beberapa nisan dan tatanan kuburannya yang sudah berantakan.
Selain kuburan, di sana juga ada sebuah batu yang dikeramatkan. Batu tersebut menyerupai bentuk kursi yang dibalut dengan kain putih. Bagi pengunjung yang baru pertama kali datang ke tempat ini, kesan aura mistis dan angker mungkin akan terasa. Begitu pun saat detikcom mendatangi tempat tersebut belum lama ini.
Namun tidak bagi para peziarah, seperti Wadi (54), warga asal Cikampek yang berniat akan bermalam di sana. Makam keramat Marongge menjadi tempat keduanya setelah sebelumnya bermalam di makam keramat Galuh, Ciamis.
“Ini tempat kedua, kemarin saya bermalam di makam Galuh,” ujarnya saat diajak berbincang oleh detikcom.
Berziarah ke makam-makam keramat mulai ia lakukan diawal tahun 2021 atau saat pandemi COVID-19 melanda. Sejumlah makam keramat di Jawa Barat, satu-satu sudah ia datangi. Selain ada mimpi yang ingin terkabul, berziarah baginya adalah meminta syariat dan tabeat (tabat) atau menyucikan diri.
“Makam keramat yang sudah dikunjungi, beberapa di antaranya Gunung Salak Sukabumi, Godok dan Pameungpeuk Garut, Situ Lembang Bandung Barat bahkan saya sampai ke Nusa Kambangan Cilacap,” terangnya.
“Hakikatnya yang menentukan Allah, kalau tujuan semacam dalam tani atau dagang, kalau saya sendiri petani berharap taninya lancar padinya bagus-bagus,” tambahnya.
Dalam berziarah, ia tidak sembarangan memilih tempat tapi ada petunjuk dari seseorang yang dituakan olehnya. Orang tersebut berada di sekitar Makam Keramat Dayeuh Luhur di Kecamatan Ganeas, Sumedang.
“Setelah sehari atau dua hari di sini (makam Marongge), rencana akan ke Dayeuh Luhur, ke ‘Kapi Sepuh’ (seseorang yang dituakan) ya minta petunjuk gimana-gimananya,” ucapnya.
Selain Wadi, ada juga warga dari Cianjur, yakni Asep Subilar (23) dan Okta Priyanto (18). Bagi Asep, berziarah ke makam-makam keramat sudah menjadi kegemarannya. Sama halnya dengan Wadi, Asep memiliki seseorang yang dituakan untuk menuntunnya saat akan menziarahi tempat lainnya.
“Sekarang di sini dulu sampai selesai, entah besok atau lusa saya berangkat ke Kuningan dan Indramayu tapi tidak tahu ke makam mana, saya hanya diberitahu nama dan tempatnya saja, kalau di Kuningan itu saya harus ke daerah Cikijing,” ucapnya.
Makam Keramat Marongge sendiri, ia ketahui dari kakaknya yang sama-sama gemar berziarah ke makam-makam keramat. Selain sebagai proses perenungan ada juga tujuan yang ingin dicapainya, yakni sukses dalam segala bidang.
“Kalau tujuan ya ingin sukses dalam segala bidang, kalau sukses dalam segala bidang, berbohong aja bisa sukses,” ucapnya sambil bercanda.
Ahmad Sadeli (49), juru kunci Makam Keramat Marongge mengatakan sejak adanya pandemi COVID-19, jumlah kunjungan peziarah berkurang hingga 50 persen. Sementara sebelum adanya pandemi, jumlah peziarah yang datang rata-rata kurang lebih seratusan orang di hari biasa. Jumlah itu akan bertambah jika memasuki jumat kliwon yang mencapai hingga 500 orang.
“kalau Jumat biasa bukan Jumat kliwon rata-rata 200 orang, para peziarah datang dari Sumedang dan daerah di sekitarnya seperti Indramayu, Bandung, Jakarta, Cianjur, dan daerah lainnya,” terangnya.
Ahmad menyebutkan bagi para pengunjung yang akan berziarah ke makam keramat Marongge terlebih dulu membeli air mineral botol, kembang, kemenyan dan minyak wangi yang telah disediakan di warung dekat gerbang makam.
“Minyak parfum biar wangi saja kalau dipakai, kalau syaratsecaradohir Cuma itu saja,” ujarnya.