Broadcast Pembuluh Darah Pecah Usai Minum Es Saat Cuaca Panas Hoaks, Ini Kata Dokter

Surabaya –
Beredar informasi viral di aplikasi perpesanan soal panas yang melanda Indonesia, hingga 40 derajat celcius menyebabkan sumuk atau gerah. Masyarakat diimbau tidak mengkonsumsi air es. Jika tidak, pembuluh darah mikro akan meledak. Broadcast tersebut diinformasikan dari dokter. Padahal informasi tersebut hoaks.
General Practitipner of Emergency Room RS PHC Surabaya dr Pratitis Amalia mengatakan edaran pesan yang disebut dari informasi dokter itu juga tidak benar adanya atau hoaks. Sebab, secara medis pembuluh darah pecah bisa dikarenakan banyak faktor. Bukan karena sesudah minum air es setelah terkena panas.
“Secara medis seperti itu hoaks. Karena pembuluh darah pecah itu keterkaitannya faktor sering karena tekanan darah tinggi dari faktor risiko penyakit pain, kolesterol tinggi, diabetes, riwayat hipertensi. Kalau perubahan suhu dia minum es tidak ada keterkaitannya,” kata dr Amalia saat dihubungi detikcom, Selasa (26/10/2021).
Akan tetapi, head stroke itu bersifat sementara, selayakny orang pingsan. Ia juga menegaskan jika itu tidak sampai terjadi pembuluh darah pecah. Durasi saat head stroke juga hanya beberapa menit, kemudian sadar lagi, dan ketika sudah terhidrasi akan normal.
“Ndak papa minum es, ga ada masalah. Toh tubuh kita saat minum kan masuk melalui saluran pencernaan, suhu dingin dari air es pasti diregulasi lagi sama alat pencernaan kita. Mulai dari mulut, tenggorokan, lambung akan menyesuaikan antara suhu makanan dan tubuh akan disesuaikan. Ketika diserap pun suhunya tidak sedingin air es, ketika sudah masuk pencernaan akan diregulasi mendekati suhu normal kita,” jelasnya.
“Minum air anget (Hangat) secara medis juga ga masalah, cuman rasanya kurang nyaman. Ga ada masalah medis tertentu, senyamannya orang tersebut,” tambahnya.
Kemudian terkait cuci muka, kaki atau tangan setelah terkena panas dan teriknya matahari juga tidak ada masalah. Justru membuat tubuh semakin segar. Asalkan saat beraktifitas di lapangan menggunakan sunscreen atau tabir surya. Jika cuci muka setelah terkena panasan jiga tidak memiliki efek jangka panjang, seperti stroke.
“Ndak ada. Malah lebih seger. Kalau orang dulu ada yang bilang ‘ga boleh cuci muka saat panas takutnya nanti mukanya tratakan’. Sebenarnya ga ada hubungannya sama panas, tratakan muncul karena muka terlalu kering atau atopi. Kalau punya atopi akan kecenderungan punya tratak lebih besar. Bukan karena cuci muka setelah terkena panas, tapi karena dia terpapar panas tanpa tabir surya. Selain tidak terlindungi dari tabir surya juga kurang kelembabannya. Kelembaban juga ada kaitannya dengan cairan tubuh. Kalau minum cukup kulit lebih lembab, kalau minumnya kurang kulitnya akan lebih dehidrasi,” pungkasnya.