
Alasan Pesepeda Road Bike Tak Bisa Main di Jalur Khusus Sepeda

Jakarta –
Tren road bike sedang mengalami peningkatan pesat dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Olahraga bersepeda satu ini tidak hanya menyehatkan, tapi juga bergengsi bagi peminatnya.
Berbeda dengan aktivitas bersepeda seperti bike to work atau bike to school, bersepeda dengan road bike lebih bertujuan untuk mencapai suatu performance. Hal ini bisa berupa kekuatan, kecepatan, atau ketahanan untuk melaju dengan jarak jauh.
Ketika seseorang mempersiapkan diri untuk menggunakan road bike, tentu perlu persiapan yang matang. “Misalkan kita mau bersepeda pagi, malamnya kita gimana? Tidur kita gimana? Kalau nggak siap, lebih baik jangan lakukan olahraga sepeda, karena kita butuh konsentrasi yang tinggi. Lalu kita bisa lakukan pemanasan, dengan mulai tidak terlalu cepat. Lama-lama, baru bisa menjadi cepat,” jelas Professional Biker dan Trainer Tino Latuheru dalam program e-Lifedi detikcom.
Tino menekankan pentingnya berproses dalam menekuni olahraga bersepeda, terutama road bike. “Kita nggak perlu terlampau buru-buru mencapai suatu performance. Misalkan hari ini performance kita hanya kuat setengah jam dengan rata-rata kecepatan 20km/jam. Ya udah kita nikmati. Lain halnya kalau emang kita bertujuan menjadi seorang atlet balap sepeda, itu persiapannya juga dengan tidak mudah kan,” paparnya.
Akan tetapi, baru-baru ini olahraga road bike memicu kontroversi. Laju road bike yang kencang menyebabkan road bike tidak dapat melaju di lajur sepeda. Oleh karena itu, sering tampak peleton road bike yang melaju di jalan raya dan dianggap menghalangi pengendara bermotor lainnya.
“Di jalur sepeda yang telah dibuat pemerintah, bagus sekali itu ya. Cuman kan itu untuk 25 km/jam, maksimum 25 km speed-nya. Sementara teman-teman road bike itu bisa 40 off 50 km speed-nya. Sehingga, jalur yang kecil itu, kemungkinan mohon maaf, belum bisa dipergunakan sama kita,” jelas Tino mengenai lajur sepeda yang tidak bisa dilintasi oleh pesepeda road bike.
Bahkan, muncul sebuah foto yang menunjukkan seorang pemotor berpelat AA yang mengacungkan jari tengah ke sebuah peleton sepeda road bike yang melintas di jalan Sudirman, Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Akibatnya, sentimen pengendara bermotor dan pesepeda road bike pun meningkat.
Menanggapi hal ini, Tino menjelaskan bahwa saat kejadian, terdapat bus yang berhenti di jalur satu, yang menyebabkan peleton road bike tersebut harus mengambil jalur dua dan tiga. “Itu nggak bisa dihindarkan, dengan kecepatan yang berbeda, gitu. Dan nggak mungkin dengan kelompok itu mereka menarik tuas rem seketika. Oke, itu kecepatan mereka 20/30, nggak mungkin dengan segera itu terjadi bisa cross ada crash di dalam kelompok itu sendiri. Ya, kalau menurut saya kalau kejadian itu dilewatkan saja mungkin butuh waktu 2-3 detik, nggak akan terjadi,” paparnya.
Bagaimanapun, Tino juga menekankan pentingnya kesadaran dan sikap bijak dalam menggunakan jalan, termasuk oleh para pesepeda road bike. Slogan “Share The Road” terus digaungkan di dalam komunitas-komunitas road bike, mengacu pada pentingnya berbagi jalan dengan pengguna jalan lainnya.
“Sebagai kelompok sepeda, kita musti aware bahwa share the road, kita bagi jalan ini untuk kita dan untuk orang lain. Jangan lupa bahwa orang lain juga butuh waktu, bukan hanya kita, gitu. Tapi ya minta maaf juga sama pengguna jalan umum bahwa beri kita waktu, paling nggak, satu jam setengah kita sudah selesai. Setelah itu ya silahkan saja dipergunakan jalan karena kita tidak ada di situ lagi, terima kasih,” jelas Tino.
Tino juga tidak merasa bahwa komunitas pesepeda minta untuk diberi karpet merah berupa jalur khusus road bike. Jika ada hal yang ia harapkan, yaitu agar pemerintah menciptakan fasilitas berupa jalanan yang nyaman dilalui, baik untuk pesepeda maupun pengguna jalan lainnya.
“Kalau semua jalur, jalur kiri itu clear, nggak ada lubang-lubang, orang pasti nyaman main di situ. Kenapa orang akan ngambil jalur dua di tengah, karena jalur kirinya banyak lubang-lubang. Sementara, besaran sepeda kita itu cuman 25 mm. Jadi kecil sekali itu ban kita. Sehingga kalau ada lubang-lubang yang mengganggu atau getaran tinggi, kita pasti hindari itu. Sehingga, jadilah kita mainnya agak ke tengah, gitu,” terangnya.
Bagaimanapun, kontroversi pesepeda road bike dan pengguna kendaraan bermotor ini seharusnya tidak menyurutkan minat masyarakat untuk mencoba kegiatan bersepeda road bike. Selama semua pengendara saling mengerti dan bijak untuk berbagi jalan, hal-hal yang tidak diinginkan seperti perseteruan road bike dan pengendara motor bisa dihindari.
Bagi pesepeda pemula, Tino menyarankan untuk tidak terburu-buru mengejar target kecepatan dalam mengendarai road bike. “Yang penting sehat dulu. Kita gemari dulu. Sehingga kalau udah makin nyaman, mau cepat pun, mau jauh pun, mau lama pun, udah menjadi kenikmatan sendiri di dunia sepeda itu,” tutup Tino.
(gah/gah)
Alasan Pesepeda Road Bike Tak Bisa Main di Jalur Khusus Sepeda
