Cara Putuskan Pacar yang Proper, Jangan Seperti Kasus Felicia

Jakarta –
Semua orang yang sedang menjalani hubungan percintaan seperti Felicia – Kaesang pasti ingin kisahnya berakhir bahagia. Kalaupun harus putus, maka proses putusnya sebisa mungkin harus smooth dan tidak menimbulkan efek buruk yang berkepanjangan.
Konsultan cinta Lex dePraxis mengatakan hendaknya rencana itu dikomunikasikan ke pasangannya. Jelaskan alasannya dengan terbuka dan pastikan kalau memutuskan hubungan ini benar-benar baik baik kedua belah pihak.
Berikut ini cara komunikasi yang dicontohkan oleh Lex. Setelah putus diharapkan hubungan keduanya tetap bisa baik walaupun statusnya sudah menjadi ‘mantan’.
“Kita apresiasi dari pasangan kita yang sebentar lagi jadi mantan itu ya. Kita bilang, yang nggak work out di antara kita adalah gaya komunikasi, tentang budaya, dan tentang ini. Tapi yang work out aku melihat kamu punya kemampuan untuk belajar yang tinggi, kamu suka beradaptasi dan aku juga suka beradaptasi. Jadi bagian-bagian itu kita luar biasa. Tapi sayang kali memang kurang ya, karena ada bagian lain yang tanpa kita sadari kita saling menyakiti,” ujar Lex mencontohkan.
“Jadi supaya kita tidak saling menyakiti lagi, supaya aku kamu bisa bertumbuh menjadi orang lebih baik lagi. Maka mau nggak mau ya aku ambil keputusan untuk menyudahi sampai sini. Aku kagum sama yang kamu lakukan dalam hubungan ini, aku berterima kasih atas itu semua. Aku juga memohon maaf untuk semua kelakuan aku, kelalaian aku, kebodohan dan juga kebrengsekkan aku. Aku tau aku melakukan itu semua dan aku minta maaf. Dan dengan penyudahan hubungan ini, aku berharap aku belajar dari kekurangan aku dan aku belajar dari kelebihan kamu, kamu juga belajar dari hubungan ini, dan kita bisa menjadi lebih baik di hubungan berikutnya dengan pasangan kita masing-masing,” tambahnya.
Namun biasanya saat menyampaikan hal ini, biasanya pasangan akan menyelanya dan bertanya macam-macam. Hal inilah yang kemudian bisa membuat hubungan tidak berakhir baik. Dan biasanya ini juga yang membuat orang melakukan ghosting.
“Nah itu lah yang kadang-kadang pemutusan jadi berantakan atau jadi susah. Dan saya bisa pahami ada orang-orang tertentu memilih jalur ghosting ini, walaupun kita tahu itu tidak sehat. Nggak fair gitu loh, ghosting itu nggak fair. Bisa dimaklumi kenapa dia terdorong ke sana, karena dia takut dikonfrontasi, dia nggak bisa ngebales, nggak bisa berargumen dia orangnya, bisa begitu. Ada juga yang pada dasarnya males ngomong, macem-macem deh. Tapi itu biasanya yang jadi pemutusan hubungan jadinya berantakan,” kata Lex.
Lebih lanjut, apabila akhirnya sudah putus ada baiknya kedua belah pihak jangan langsung berhubungan biasa lagi sebagai seorang teman. Karena pada dasarnya putus itu menyakitkan bagi kedua belah pihak.
Jadi berilah waktu bagi diri sendiri untuk menyembuhkan luka di hati. Ketika sudah pulih silakan menjalin silaturahmi lagi.
“Kalo kita tetap berakrab-akrab ria, tiap hari ngobrol chatingan segala macam. Wah itu bisa lukanya nggak kering-kering dan masing-masing orang bisa tergoda untuk, kita coba lagi yuk. Jadi kalo memang sudah harus bubar dan itu pemikiran yang diambil secara sadar, ya lebih baik ambil jarak waktu tertentu. Nanti bertemannya nanti aja, kalo udah sama-sama healing, berteman lagi. Nah itu sebaiknya, idealnya yang dilakukan kalo pengen pemutusan hubungan,” sarannya.
(gah/gah)