Ziarah ke Makam Sunan Botoputih Penyebar Islam di Surabaya

Surabaya – Wali Songo yang menyebarkan Islam di Surabaya yakni Sunan Ampel. Makamnya di Jalan Ampel Masjid No 43. Masih di kawasan Makam Sunan Ampel, ada makam Kiai Ageng Brondong atau Sunan Botoputih.
Makam Sunan Botoputih tepatnya berada di Makam Sentono Botoputih, Jalan Pegirian, Surabaya. Cerita dan sejarah tentang Sunan Botoputih memang tak banyak diungkap pada perkembangan Islam di Pulau Jawa. Meski disebut sunan, namun namanya tak terlalu dikenal seperti Wali Songo. Di Surabaya, Sunan Ampel yang melekat di benak warga.
Kompleks pemakaman ini merupakan kompleks makam sunan dan para bangsawan (adipati) di Surabaya. Arsitektur bangunannya pun tak jauh berbeda dengan Sunan Ampel, gapura makam bergaya ornamen keraton.
Berdasarkan cerita, Sunan Botoputih berperan menyebarkan Islam di Surabaya pada abad ke-15. Sunan Botoputih merupakan pangeran dari kerajaan Blambangan dan putra dari Pangeran Kedawung.
“Beliau milih meninggalkan kerajaan dan melaut. Selama berbulan-bulan hidup di laut sampai terbawa ombak di Laut Jawa dan ditemukan di Gresik oleh Kiai Kendil Wesi,” ceritanya.
Pandainya Sunan Botoputih dalam mendalami agama Islam dan menyebarkannya di kalangan Gresik dilihat oleh Kiai Kendil Wesi. Akhirnya diminta menyebarkan Islam di Surabaya dan menetap di kawasan Pegirian. Tepatnya di Dukuh Botoputih. Oleh karena itu disebut Sunan Botoputih.
Makam Sunan Botoputih juga bersebelahan dengan makam Maulana Mohammad Syaifuddin (Sultan Banten ke XVII-terakhir) yang wafat pada 3 Rajab 1318 H/11 November 1899. “Makamnya bersebelahan (Sunan Botoputih dan Sultan Banten). Keduanya sama-sama tertutup, tapi yang Sultan Banten bisa masuk di ruangan kayunya,” ujarnya.
Kompleks makam Sunan Botoputih luasnya sekitar 4.000 meter persegi dan terbagi menjadi dua area besar. Pertama adalah makam Pangeran Lanang Dangiran, kedua makam Al Habib Syekh Bin Ahmad Bin Abdullah Bafaqih.
Hanafi mengatakan, setiap harinya selalu ada peziarah yang datang. Kebanyakan yang datang usai dari Sunan Ampel.
“Terutama kalau malam Jumat Legi selalu ramai. Kalau mau Lebaran rame terus. Cuman yang nggak pernah tutup Kiai Ageng Brondong setiap hari rame. Banyak rombongan dari luar pulau sampai luar negeri. Kalau orang rombongan dari Situbondo kadang sampai 60 bus, paling sedikit 10-15 bus,” pungkasnya. (sun/bdh)